Ada masanya ketika Manchester United dan Manchester City seolah berada pada dua kutub spektrum yang berlawanan.
Di satu kutub, ada United sebagai aristokrat lama dengan tradisi juara, sedangkan di kutub lainnya ada Manchester City sebagai orang kaya baru dengan ambisi membara.
Yang satu menang dengan membina, sedangkan yang satunya menang dengan membeli.
Setelah City berhasil meraih gelar Premier League pertamanya pun, narasi bahwa kejayaan mereka hanya tercipta berkat uang tetap dikumandangkan para pencibir.
Seperti Chelsea sebelumnya, dan PSG sesudahnya, prestasi Manchester City selalu dikaitkan dengan daya finansial mereka.
Dimodali dulu, baru dapat medali.
Memasuki paruh kedua musim 2017-2018, rasanya hanya orang kurang piknik yang akan melabeli City sebagai tim yang dibangun fulus semata.
(Baca Juga: Michael Carrick Pastikan Akan Pensiun pada Akhir Musim Ini)
Pada musim keduanya, sihir Pep Guardiola di sesi latihan dan papan taktik makin kentara.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar