BOLASPORT.COM – Belakangan, nama penyerang asing Persija Jakarta, Marko Simic, menjadi buah bibir sepak bola Indonesia. Hal itu terjadi setelah dia ditahbiskan sebagai top scorer Piala Presiden 2018 dengan 11 gol dan membukukan 3 gol pada laga perdananya di Piala AFC 2018.
Namun, tidak sedikit pecinta sepak bola Indonesia yang membandingkan nama Marko Simic dengan Ilija Spasojevic.
Tahun lalu, Ilija Spasojevic membawa Bhayangkara FC menjadi juara Liga 1.
Ia juga mengubah status warga negara Montenegro miliknya menjadi warga negara Indonesia (status yang akhirnya sama dengan Istri, Lelhy, dan kedua anaknya, yakni Dragan dan Irina).
Pada infografis di bawah ini, jika dibandingkan manakah yang lebih unggul dalam hal statistik antara Spaso dan Simic?
Setelah melihat grafis di atas, mari kita sedikit berbicara mengenai "style of play" dari kedua tim yang mereka bela.
Ilija Spasojevic - Bali United
Pada tahun 2018 ini, Spaso memilih untuk tidak memperpanjang kontraknya dengan klub yang dia bawa menjadi juara Liga 1, Bhayangkara FC.
Ia memilih untuk kem-BALI bersama Bali United, daerah pertama dan bersejarah bagi karier Spasojevic di Indonesia.
Sedikit catatan dari Labbola di bawah ini menunjukkan bagaimana kontribusi Spaso selama bermain untuk Bali United dan Bhayangkara FC.
Jika kita melihat beberapa penampilan Spasojevic selama di Bhayangkara FC, tim nasional Indonesia, serta Bali United ini, Spaso juga telah membukukan catatan 'defensive' dengan 16 clearence, 9 tackle, 10 intercept.
Sesuatu yang cukup jarang terjadi untuk ukuran striker bernaluri tajam yang mau membantu lini pertahanan. Hal ini membuat pelatih Bali United, Widodo C Putro, tampak sangat senang dengan kinerja yang ditunjukkan Spaso.
(Baca Juga: 3 Pesepak Bola Berdarah Indonesia di Kasta Atas Liga Eropa, Akankah Bermain untuk Timnas?)
Yang menarik di sini, ketika kita melihat pertandingan Bhayangkara FC, Bali United maupun tim nasional Indonesia.
Spaso kerap kali melakukan wall pass, membuka ruang serta menciptakan peluang bagi rekan timnya.
Hal ini dicatatkan dari 22 chances created dari 16 pertandingan ketika bermain bagi Bhayangkara FC (2 assists), 11 chances created dari 5 pertandingan bersama timnas Indonesia (1 assist), dan 8 chances created dari 9 pertandingan bersama Bali United (1 assist).
Tak pelak, hal ini menjadi salah satu alasan pelatih Luis Milla semakin yakin untuk memainkan Spaso yang mampu memberikan banyak peluang bagi 'rekan muda' di timnas, seperti Febri Hariyadi, Ilham Udin Armayn, Yabes Roni, Andik Vermansyah, Osvaldo Haay.
Pada tahun 2018, Persija seolah menemukan kepingan puzzle terakhir yang telah lama dicari, yaitu seorang striker bernaluri tinggi, Marko Simic.
Pada beberapa pertandingan pramusim 2018, Marko Simic seolah membuat pencinta sepak bola Indonesia tersihir dengan meledaknya kran gol Persija Jakarta dengan torehan 17 gol di berbagai ajang.
Rinciannya, sebanyak 11 gol dicetak di Piala Presiden, satu gol di Boost Sports Super Fix, dua gol di Suramadu Super Cup, dan tiga gol di Piala AFC 2018.
Namun, hal ini tidak terlepas dari skema yang diterapkan oleh pelatih Stefano Cugurra yang cukup ampuh.
Sang pelatih hampir selalu menginstruksikan pemain para pemain gelandang dan sayap untuk memberikan bola matang kepada Marko Simic.
Tercatat dari data statistik Labbola di bawah bagaimana skema yang dimainkan oleh Persija memang selalu mengarahkan bola kepada Marko Simic.
Akan tetapi, jika kita melihat peran Marko Simic dalam hal 'defensive' tidak terlalu mentereng dibanding Spaso dengan catatan 'hanya' 3 clearances, 2 intercepts, dan 1 tackle selama bermain untuk Persija.
Ketika berbicara permainan dengan tim, kita melihat bagaimana Simic lebih memilih untuk mengesekusi peluang itu sendiri dengan catatan 'hanya' 2 chances created dari 8 pertandingan.
(Baca Juga: Gede Widiade Pisah dengan Persija, jika...)
Simic pun belum pernah membuat assist bagi tim Persija hingga saat ini.
Para pemain Persija pun cukup nyaman memainkan skema pelatih yang menjadikan Simic sebagai main target man.
Tercatat, 9 crossing sukses yang diterima Simic di kotak penalti dan 104 passing (Riko 17 kali, Ramdani 16, Ismed 15, dan Rezaldi 1) yang diterima Simic di sepertiga akhir area lapangan membuktikan skema yang dimainkan oleh pelatih Teco.
Skema tersebut memanfaatkan seorang striker bertubuh besar di kotak 16. Hal yang jarang didapatkan oleh Spasogoal.
Jadi, untuk menjawab siapa yang lebih baik di antara dua pemain ini, mari kita sedikit berpikir jauh skema apa yang akan digunakan oleh sang juru racik tim.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar