Positifnya, strategi tersebut berhasil. Kalaupun tidak, ruang-ruang terbuka akan didapat pemain lain karena fokus lawan melulu untuk menyetop Riko dan mengawal Simic.
Negatifnya, rencana tersebut akan mudah tebaca dengan pertahanan berlapis. Artinya, serangan Persija bakal monoton jika terus mengandalkan Riko.
Kalimat terakhir terbukti pada laga pembuka Liga 1 saat Persija ditahan imbang Bhayangkara FC tanpa gol di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jumat (23/3/2018).
Masih Polos
Kalau tidak salah, Persija belum banyak mendapatkan penalti sejak Riko Simanjuntak menghuni skuat utama tim berjulukan Macan Kemayoran tersebut.
(Baca Juga: Apa Kata Super Simic soal Relasinya dengan Riko)
Padahal, instruksi kepada Riko untuk terus berlari dan menusuk sebetulnya sangat berpotensi untuk dilanggar lawan.
Apalagi, skema bola mati masih menjadi kegemaran Persija. Musim lalu, tim arahan Stefano Cugurra tersebut jagonya gol-gol dari sepak pojok pun tendangan bebas.
Mengambil contoh Raheem Sterling di Manchester City atau Riyad Mahrez di Leicester City, mereka terbilang "hobi jatuh" di kotak penalti lawan.
Boleh jadi, sentuhan minimal lawan menjadi opsi lain bagi kedua pemain itu untuk merangsek ke kotak 16, mengelabui wasit, dan mendapatkan penalti.
Ya, Riko kayaknya tidak boleh polos-polos amat. Apalagi, saat Persija belum mampu mencetak gol hingga menit ke-75 dan main di kandang.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar