Baca berita tanpa iklan. Gabung Bolasport.com+

Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Asosiasi Pesepak Bola: Memecah Kesadaran Palsu dan Mengeraskan Suara

By Senin, 7 Mei 2018 | 20:43 WIB
Ponaryo Astaman (ketiga dari kanan) bersama pengurus Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI) ketika berkunjung ke kantor BolaSport.com pada Kamis (22/3/2018).
FERRYL DENNYS/BOLASPORT.COM
Ponaryo Astaman (ketiga dari kanan) bersama pengurus Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI) ketika berkunjung ke kantor BolaSport.com pada Kamis (22/3/2018).

Satrio Arismunandar di Remotivi menggunakan perspektif pekerja media untuk mencurigai adanya “kesadaran palsu” bahwa status elite sebagai pekerja di sebuah perusahaan yang mengizinkan bertemu public figure beserta hal-hal mewah lainnya (ruang kerja ber-AC, pindah lantai memakai lift, dsb).

Akibatnya, muncul perasaan jemawa yang membuat mereka menyebut diri “bukan pekerja biasa”. Situasi ini tidak akan menjadi masalah selama gaji dan tetek bengek kepuasan kerja lainnya masih dapat dikecap.

Namun, preseden buruk bisa muncul bila kesadaran palsu tersebut menyihir pikiran pekerja bahwa mereka tak perlu membentuk serikat/asosiasi.

Ketiadaan serikat pekerja berimbas pada hilangnya opsi menggiurkan berupa upaya utak-atik fleksibilitas hak dan kewajiban pekerja serta yang paling penting, nihilnya kesempatan memecah hegemoni pemilik perusahaan lalu menyetelnya agar sesuai koridor.

(Baca Juga: Di Era Arsene Wenger, Kebahagiaan Tak Akan Ada Artinya Tanpa Kesedihan)

Apa yang digambarkan Arismunandar di atas sepintas lalu mirip dengan keadaan atlet sepak bola kita.

Kisaran gaji pemain level atas pesepak bola Indonesia menembus miliaran rupiah per tahun.

Bahkan, pemain cadangan di klub-klub kecil kasta tertinggi pun saya kira sudah melebih upah minimum (ambang batas yang menjadi patokan kaum pekerja/buruh dalam menuntut haknya).

Menyadari mereka akan ditonton puluhan ribu orang di setiap laga, menikmati tunjangan kemenangan per pertandingan, serta segepok kenikmatan hidup lainnya, menjadi wajar jika pemain melupakan hal terpenting bila mereka berada di titik nadir.

Bila gaung profesionalisme hanya sebatas gembar-gembor, merujuk pada catatan merah FIFPRO di atas, adakah kemungkinan yang lebih baik selain bersatu, berserikat, lalu bergerak?


Editor : Firzie A. Idris
Sumber : BolaSport.com
REKOMENDASI HARI INI

Fokus ke Ole Romeny, Ketum PSSI Akui Belum Diskusi dengan Mauro Zijlsta soal Naturalisasi Bela Timnas Indonesia

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Klasemen

Klub
D
P
1
Liverpool
6
15
2
Man City
6
14
3
Arsenal
6
14
4
Chelsea
6
13
5
Aston Villa
6
13
6
Fulham
6
11
7
Newcastle
6
11
8
Tottenham
6
10
9
Brighton
6
9
10
Nottm Forest
6
9
Klub
D
P
1
Borneo
10
21
2
Persebaya
10
21
3
Persib
10
20
4
Bali United
10
20
5
Persija Jakarta
10
18
6
Arema
11
18
7
PSM
11
18
8
PSBS Biak
10
15
9
Persik
10
15
10
Persita
10
15
Klub
D
P
1
Barcelona
13
33
2
Real Madrid
12
27
3
Atlético Madrid
13
26
4
Villarreal
12
24
5
Osasuna
13
21
6
Athletic Club
13
20
7
Real Betis
13
20
8
Real Sociedad
13
18
9
Mallorca
13
18
10
Girona
13
18
Klub
D
P
1
Napoli
10
25
2
Inter
10
21
3
Atalanta
10
19
4
Fiorentina
10
19
5
Lazio
10
19
6
Juventus
10
18
7
Udinese
10
16
8
Milan
9
14
9
Torino
10
14
10
Roma
10
13
Pos
Pembalap
Poin
1
J. Martin
404
2
F. Bagnaia
388
3
M. Marquez
320
4
E. Bastianini
320
5
B. Binder
183
6
P. Acosta
181
7
M. Viñales
163
8
F. Morbidelli
140
9
F. Di Giannantonio
139
10
A. Espargaro
136
Close Ads X