Nacho juga diberikan tugas sesekali naik sebagai bek sayap bila keadaan memungkinkan.
Tiga gelandang sentral Madrid pun menangkal tiga gelandang Liverpool.
Marcelo dan Bale membuat Alexander-Arnold dan Robertson tak bisa jauh-jauh meninggalkan posnya. Ronaldo dan Benzema masih mengganggu Lovren dan Van Dijk.
Kendati tahu timnya kesulitan, Juergen Klopp tak mencoba merombak taktik.
Ia tetap setia dengan 4-3-3. Bahkan, pergantian pemain hanya untuk mengganti personel, bukan taktik. Emre Can masuk menggantikan Milner di menit ke-83.
(Baca Juga: Jadwal Lengkap Piala Dunia 2018, Awal dan Akhir di Moskwa)
Berselang beberapa detik setelah pergantian tersebut, Madrid kembali mendapatkan gol via tembakan jarak jauh Gareth Bale, plus blunder Loris Karius.
Usai gol itu, Madrid tinggal memutar bola dan mematikan laga. Skor 3-1 jadi hasil akhir final Liga Champion 2017-2018.
Kesimpulannya, Zidane menjadi pelatih yang proaktif di laga final. Ia setidaknya punya dua hingga tiga rencana permainan, yang meski sudah bisa ditebak, tak diantisipasi dengan baik oleh Klopp.
Juergen Klopp, di sisi lain, terpaku dengan satu sistem.
Klopp bergeming, bahkan ketika pemain terbaiknya Mo Salah, yang membuat sistem 4-3-3 berjalan baik, harus ditarik keluar karena cedera.
Tak ada inisiatif atau keberanian mengubah taktik. Hal ini barangkali terjadi karena terbatasnya opsi pemain.
Pada akhirnya, Liverpool membayar mahal atas blunder Loris Karius dan ketidakberuntungan yang mereka derita.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar