Pagi sudah menyapa di Kota Moskow, Rusia. Tetapi, jemari ini belum beranjak dari laptop untuk mengedit foto.
Rasa kantuk sebenarnya mendera setelah sebelumnya menyantap nasi dengan lauk sayur buncis dan telur dadar racikan Radi Saputro, teman seapartemen dari Kompas TV.
Pukul 03.00 dini hari waktu Moskow, gelap malam sudah mulai menghilang. Kalau di Jakarta, sering orang bilang berangkat masih gelap pulang sudah gelap.
Di Rusia biasanya berangkat masih terang, kelar kerjaan terang lagi.
Yang jadi masalah buat deadline ini adalah keypad laptop saya yang menjadi keras.
Penyebabnya adalah minggu lalu ketumpahan kopi saat saya sedang mengedit foto di sebuah tempat nongkrong di Kaliningrad, tepatnya di pinggiran Sungai Pregolya.
(Baca Juga: Pemain Timnas Jepang Bersih-bersih Ruang Ganti Usai Tersingkir di Piala Dunia 2018)
Bukan saya yang menumpahkan, namun ketika saya mau minum ada orang menyenggol tangan saya dan satu cangkir kopi yang belum sempat saya minum sedikit tumpah ke laptop dan celana saya.
Singkat cerita, saya yang panik mulai membersihkan semua, dibantu orang yang menumpahkan tadi dan juga pegawai tempat nongkrong tersebut.
Dia minta maaf berulang kali, namun muka saya yang sudah kecut tak memedulikannya.
Setelah memastikan semuanya enggak ada masalah dengan fungsi laptop, saya baru menanggapi orang tersebut.
Bagi saya, yang penting laptop masih bisa berfungsi sehingga saya bisa kerja untuk Tabloid BOLA, BolaSport.com, dan media Kompas Gramedia.
Saya pun sempat ngobrol dengannya, dia memperkenalkan diri namanya Ivan.
Sebenarnya yang membuat saya kaget adalah respons Ivan minta maaf dengan cepat dan membantu saya sampai saya benar-benar tidak ada masalah.
Kagetnya lagi ketika waitress menginformasikan bahwa kami tidak perlu membayar sepeser pun.
Saya juga dikasih koin bertema Piala Dunia. Katanya sebagai permintaan maaf.
(Baca Juga: Laga Terhenti akibat Insiden Neymar, Pelatih Meksiko Sebut Memalukan!)
Menurut beberapa teman memang banyak tempat makan di Rusia seperti itu. Salah satu rekan liputan bercerita bahwa dia pernah tidak menghabiskan makan di sebuah tempat makan.
Dia ditanya kok tidak habis? Kalau tidak enak, mereka menawarkan penggantian makanan atau digratiskan.
Sungguh, hal seperti itu tidak sesuai dengan apa yang saya pikirkan sebelum berangkat ke Rusia sebelum Piala Dunia.
Sebelum berangkat liputan Piala Dunia 2018, banyak ketakutan, banyak kekhawatiran yang saya dengar tentang orang-orang Rusia.
Beberapa teman bercerita orang Rusia seperti ini, orang Rusia seperti itu.
Wajar sih sebenarnya takut dan khawatir.
Akan tetapi, selama tiga minggu lebih di Rusia dengan tiga kota berbeda, Moskow, Saint Petersburg, dan Kaliningrad, kekhawatiran tersebut mulai luntur, namun tetap harus waspada.
(Baca Juga: Jersey Ludes di Toko Resmi CSKA Moskva)
Saint Petersburg bagi saya yang paling berkesan. Orangnya ramah-ramah. Beberapa kali saya disapa oleh mereka duluan.
Sepertinya, saya terlalu banyak mendengar dan membaca cerita negatif tentang Rusia.
Kali ini, saya mengaku kalah 0-1. Tetapi, ingat akan saya balas ketika kalian berkunjung ke Indonesia. Salam dari Rusia.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar