"Saya tidak memikirkan posisi di klasemen. Saya hanya fokus menuntaskan musim ini yang masih tersisa dua seri di sirkuit yang saya suka, Red Bull Ring dan Hockenheim," kata Mick. "Balapan di Nurburgring memang menjadi akhir pekan terbaik saya selama ini."
Mick memang terkesan terlambat bersinar di single seater, tidak seperti Max Verstappen atau Charles Leclerc.
Kedua pebalap itu sudah menyita perhatian saat seusia Mick, di mana pada usia 18 Verstappen sudah bisa menang di F1 sementara Leclerc juara F2 di usia 19.
Mick selama ini memang kerap hadir di paddock F1 terutama di garasi Ferrari, semata karena penghormatan terhadap sang ayah.
Sabine Kehm, asisten pribadi Michael sekaligus media officer, kini menemani Mick ke mana pun dia berada termasuk saat bermain sepak bola seperti kegemaran ayahnya.
Kini dia lebih jadi pembicaraan karena prestasi meroketnya di ajang F3 belakangan ini.
Musim depan mungkin dia akan ikut F2, karena oleh keluarga dan manajemennya tidak dipaksakan segera ke F1 seperti kebanyakan pebalap muda lain.
Tapi cepat atau lambat nama Schumacher akan melambung lagi di F1.
Jalan sudah sama, dulu nama ayahnya mulai terkenal di Sirkuit Spa-Francorchamps, Belgia.
Dan kini sang anak pun menunjukkan taji di trek yang sama.
Like father, like son.
Another Schumacher is coming...
Editor | : | Arief Kurniawan |
Sumber | : | Dari Berbagai Sumber |
Komentar