Saya tak bohong untuk mengakui grogi memasuki ruang redaksi dan melihat tokoh-tokoh wartawan yang selama ini karya mereka saya santap nyaris tiada henti.
Ketika remaja, saya harus berbuat nekat untuk dapat menikmati bacaan olahraga. “Meminjam diam-diam” Tabloid BOLA dari perpustakaan sekolah atau milik tetangga yang berlangganan Harian Kompas adalah strategi di benak saya ketika Jumat hendak berganti Sabtu.
Entah bagaimana caranya, pokoknya akhir pekan masa remaja seolah lengkap tanpa duduk santai membaca Tabloid BOLA.
Hingga memasuki bangku kuliah, salah satu santapan nikmat dalam berdiskusi dengan teman-teman dekat adalah membedah halaman per halaman Tabloid BOLA.
Sejak November 1996, hari-hari saya berkutat dengan hobi dan kegemaran, yakni dunia olahraga dan tulis-menulis.
Menjadi wartawan Tabloid BOLA itu istimewa karena jalan untuk bertemu tokoh-tokoh olahraga nasional hingga dunia menjadi mudah.
Apa yang dulu saya baca dan nikmati kini saya yang menyuguhkannya kepada pembaca. Kecemburuan dan kekaguman melihat kedekatan wartawan Tabloid BOLA dengan atlet top ternyata menular juga ke saya. Mungkin, itulah yang disebut harapan menjadi kenyataan.
Pengalaman merasa lebih tahu dan paham atas situasi olahraga setelah membaca Tabloid BOLA dibanding teman-teman mengantarkan saya pada sebuah strategi ketika dipercaya mengepalai desk sepak bola internasional: football knowledge.
(Baca Juga: Kapten Timnas U-16 Indonesia Resmi Dipinang Klub Liga 1)
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar