CHRISTINA KASIH/BOLASPORT.COM
Koreografi Snex pada laga PSIS Semarang kontra Persipura Jayapura di Stadion Moch Soebroto, Magelang, Sabtu (1/12/2018).
PSIS Semarang telah mengakhiri laga kandang terkahir pada kompetisi Liga 1 2018 . Pada laga tersebut, dua ordo suporter PSIS, Snex dan Panser Biru , menampilkan koreografi ciamik.
Menghadapi Persipura Jayapura pada laga lanjutan pekan ke-33 Liga 1 2018 di Stadion Moch Soebroto, PSIS Semarang berhasil meraih kemenangan 2-1.
Pada laga kandang terakhir, kreativitas suporter PSIS Semarang tak henti ditunjukkan.
Baik Panser Biru maupun Snex , sama-sama memberikan koreografi.
(Baca Juga: Dua Pemain Jebolan Timnas U-19 Indonesia Diincar Klub Malaysia dan Thailand )
Koreografi kedua ordo suporter tersebut juga memiliki tema yang sama, yakni ucapan terima kasih untuk Magelang.
Panser Biru menunjukkan koreografi dengan bentuk tulisan PANSER dan spanduk bertuliskan 'Maturnuwun Magelang.'
VIDEO
Begitu juga dengan koreografi Snex yang mengucapkan terima kasih kepada Magelang dengan simbol smiley .
Selain itu, ada koreografi tiga dimensi terkait ketidak relaan mereka untuk melepaskan Hari Nur Yulianto.
Koreografi Panser Biru pada laga PSIS Semarang kontra Persipura Jayapura di Stadion Moch Soebroto, Magelang, Sabtu (1/12/2018).(CHRISTINA KASIH/BOLASPORT.COM) Ucapan terima kasih tersebut diberikan oleh Panser Biru dan Snex mengingat PSIS selama musim Liga 1 2018 menggunakan Stadion Moch Soebroto yang terletak di Magelang sebagai kandang.
Pemilihan Stadion Moch Soebroto sebagai kandang dikarenakan proses renovasi Stadion Jatidiri yang belum rampung.
View this post on Instagram
Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing
A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on Nov 30, 2018 at 10:05pm PST
Komentar