DOK-TRIBUN-TIMUR.COM
Junaedi saat menyaksikan laga PSM Makassar.
PSM Makassar akan menjalani laga away melawan Bhayangkara FC pada pekan ke-33 Liga 1 2018 di Stadion PTIK, Jakarta Selatan, Senin (3/12/2018).
Sehari menjelang pertandingan kontra Bhayangkara FC pada laga terbaru Liga 1 2018 , beberapa suporter PSM Makassar memberikan saran penting untuk pelatih Robert Rene Alberts.
Mereka menyarankan satu pemain bernama Hilman Syah turun dalam menjaga gawang klub berjulukan Juku Eja itu.
Hal itu dilakukan untuk membuka kans PSM dapat meraih juara Liga 1 musim ini.
(Baca juga: Pada Usia 90 Tahun, Pentolan The Jak Mania Minta Persija Dengarkan Aspirasi Fan )
PSM harus bersaing ketat dengan Persija Jakarta yang berada di peringkat kedua klasemen sementara Liga 1 2018 dengan koleksi 56 poin.
Salah satu fan PSM yang menyarankan Hilman agar tampil saat timnya melawan Bhayangkara FC berasal dari wilayah Jeneponto.
(Baca juga: The Macz Man Gelar Nobar Terakhir Laga PSM Vs Bhayangkara FC )
Dikutip BolaSport.com dari laman Tribun Timur, Minggu (2/12/2018), Junaedi salah seorang fan asal Jeneponto, Makassar sangat berharap Hilman dapat bermain.
Junedi berharap jika nantinya Hilman turun, dapat memberikan hasil maksimal untuk PSM.
"Semoga PSM menang di kandang Bhayangkara FC . Saya berharap Hilman pemain asal Jeneponto dimainkan sebagai starter," kata Junaedi.
View this post on Instagram
Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing
A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on Nov 30, 2018 at 10:05pm PST
Komentar