Perlombaan cabang sepak bola putra di SEA Games 2017 menyisakan kecurigaan akan adanya pengaturan skor.
Media Singapura, The Straits Times, melaporkan bahwa indikasi pengaturan skor di SEA Games 2017 tercium di tiga laga.
Ketiga laga tersebut adalah Malaysia menghadapi Laos, Vietnam menghadapi Kamboja, dan Thailand menghadapi Kamboja.
Kecurigaan muncul karena kepada The Straits Times, tiga analis dari perusahaan pemantau perjudian, mengungkapkan bahwa dalam pertandingan-pertandingan tersebut tampak ada aksi-aksi yang tidak wajar dan mengarah pada diaturnya hasil akhir.
Rupanya sebelum kasus ini mencuat telah ada beberapa skandal pengaturan skor yang terungkap dan menghebohkan dunia.
Berikut 5 skandal pengaturan skor paling menghebohkan:
5. Skandal Pengaturan Skor SEA Games (2015)
Salah satu warga Singapura, Rajendran R Kurusamny dijatuhi hukuman penjara nyaris selama 4 tahun karena menjadi dalang pengaturan skor di SEA Games 2015.
Hukuman ini merupakan hukuman terberat yang pernah diberikan di Singapura untuk kasus-kasus semacam ini.
Pria 55 tahun ini akhirnya tertangkap setelah muncul kejelasan mengenai upaya mengatur hasil pertandingan antara Timor-Leste melawan Malaysia.
Rajendran dikabarkan siap melakukan pembayaran sebesar 15 ribu dolar Singapura atu sekitar 141 juta rupiah kepada pengurus tim Timor Leste, dan tujuh pemain timnas Timor Leste demi memastikan mereka kalah dalam laga tersebut.
4. Skandal Pemain Palsu Togo (2010)
Saat timnas Togo tidak menyerahkan daftar skuat tim kala melawan Bahrain pada 2010, hanya sedikit yang mencium adanya keanehan.
Saat itu Bahrain berhasil menekuk Togo 3-1. Namun pasca pertandingan, pelatih Bahrain asal Austria, Josef Hickersberger, mengungkapkan keterkejutannya dengan kondisi kebugaran timnas Togo
Rupanya, kemudian terungkap bahwa bahwa pelatih timnas Togo, Tchanile Bana, telah mengumpulkan sekelompok pemain 'palsu' yang menerima pembayaran senilai hampir 60 ribu dolar Amerika dari sebuah sindikat judi internasional.
3. Skandal Keracunan Cremonense (2010)
Saat klub divisi tiga Cremonense bertemu Paganese dalam sebuah laga pada 2010, sebuah keanehan terjadi.
Para pemain Cremonense mulai merasa sakit bahkan salah satu pemain nyaris menabrakkan mobilnya pasca pertandingan karena tidak kuat menahan kantuk.
Rupanya sang kiper, Marco Paolini telah memasukkan obat bius dalam semua botol air minum rekan satu timnya demi mengatur hasil pertandingan membayar hutang judinya.
Pasca skandal ini, Paolini dilarang bertanding selama 5 tahun.
2. Skandal Banjir Gol di Nigeria (2013)
Dengan hanya satu tiket tersisa untuk promosi ke liga profesional Nigeria, klub asal nigeria Plateu United dan Police Machine berusaha saling mengalahkan kedudukan rival mereka di klasemen dengan segala cara.
Pertandingan terakhir liga yang diselenggarakan pada waktu bersamaan menjadi kesempatan emas yang tidak disia-siakan oleh kedua tim ini.
Plateau United Feeders saat itu tengah unggul 7-0 di babak pertama melawan Akurba FC, sementara rival mereka Police Machine unggul enam gol atas Babayaro FC.
Namun kehebohan tak terduga terjadi di babak kedua karena kedua tim ini tiba-tiba mencetak begitu banyal gol.
The Feeders secara luar biasa mencetak 72 gol di babak kedua untuk meraih kemenangan 79-0, sementara The Machine tidak bisa menyamai pencapaian tersebut karena 'hanya' menang 67-0.
Banyak keanehan-keanehan tercipta dalam kedua laga ini, salah satu pemain mencetak 11 gol, ada pula yang mencetak tiga gol bunuh diri, dan dalam waktu satu menit ada empat gol yang tercipta.
The Feeders mendapatkan tiket promosi, namun tidak butuh waktu lama bagi pihak berwajib dan badan sepak bola resmi Nigeria untuk mengambil tindakan dengan menghukum keempat klub yang terlibat dalam insiden yang mereka sebut 'sangat memalukan' tersebut.
1. Skandal Liga Italia (2006)
Dunia sepak bola sempat dihebohkan dengan skandal pengaturan skor besar-besaran di Liga Italia pada 2006.
Saat itu polisi Italia berhasil mengungkap bahwa tim-tim besar liga Italia termasuk Juventus, Lazio, Milan, Fiorentina telah terlibat dalam skandal pengaturan skor dengan memanfaatkan wasit.
Damapaknya sangat parah, Juventus yang menjadi juara Serie A pada musim 2005/2006 dilucuti dari gelarnya dan didegradasi ke Serie B.
Milan memulai klasemen musim berikutnya dengan nilai minus 30 poin.
Presiden Reginna Pasquale Foti didenda 20 ribu pounds dan dilarang terlibat dalam dunia sepak bola selama dua setengah tahun.
Dampak yang paling parah dialami oleh manajer Juventus saat itu, Gianluca Pessotto yang mencoba bunuh diri dari jendela setinggi 50 kaki dari sebuah jendela di markas Bianconeri.
Editor | : | Nina Andrianti Loasana |
Sumber | : | www.fourfourtwo.com |
Komentar