Valentino Rossi mengatakan bahwa ia siap kembali ke lintasan balapan setelah mendapatkan cedera di kaki kananya, akhir Agustus lalu.
Rossi mengaku bahwa ia ingin kembali fit sebagai pebalap, dan mengikuti balapan adalah salah satu caranya.
"Saya ingin mencoba kembali ke kondisi yang baik sesegera mungkin dan saya pikir ini adalah cara terbaik," ujar Rossi dikutip BolaSport.com dari laman Crash.
Namun banyak pula yang berpendapat Rossi melakukan keputusan yang cukup gila untuk kembali ke sirkuit hanya 3 minggu setelah patah kaki.
Berikut 5 alasan mengapa kembalinya Rossi ke GP Aragon terbilang nekat:
1. Tulang kaki Rossi patah di dua titik
Sebagian besar orang akan menyepakati bahwa patah tulang memang sangat menyakitkan.
Tak hanya saat kejadian, sebagian besar merasakan nyeri hebat bahkan hingga berbulan-bulan setelahnya, bahkan ada yang hingga bertahun-tahun.
Jika mengalami satu tulang patah saja sudah terbilang menyakitkan, apalagi jika menderita 2 tulang patah sebagaimana, Valentino Rossi.
Rossi mengalami patah di tulang tibia dan fibula kaki kanannya.
2. Rossi belum sepenuhnya pulih
Patah tulang membutuhkan waktu penyembuhan cukup lama.
Umumnya pasien diwajibkan untuk mengurangi gerakan dan tidak membebani area yang patah selama minimal enam minggu.
Hal ini dilakukan untuk menjaga agar tulang yang patah tidak bergeser selama masa penyembuhan.
Banyaknya pergerakan juga akan mempersulit penyatuan jaringan tulang yang patah.
Hal yang sama pun berlaku untuk Valentino Rossi. Dokter menyarankan Rossi untuk beristirahat paling tidak selama 30 hingga 40 hari.
Namun baru 21 hari berjalan, Rossi sudah ngebet ingin kembali ke trek balap.
3. Rossi telah berusia 38 tahun
Usia sangat mempengaruhi cepat lambatnya penyembuhan tulang yang patah.
Semakin lanjut usia seseorang semakin rentan pula orang tersebut terhadap resiko patah tulang.
Tak hanya itu, kemampuan tubuh orang dewasa untuk memperbaiki jaringan rusak pada tulang yang patah telah jauh berkurang jika dibandingkan anak-anak atau remaja.
Itu artinya, Karena Rossi telah berusia 38 tahun, penyembuhan tulangnya akn membutuhkan waktu lebih lama.
4. Motor yang dikendarai Rossi sangat berat
Rata-rata pebalap di MotoGp memiliki motor seberat 160kg alias 2 kali berat laki-laki dewasa.
Berat motor Yamaha M1 yang dikendarai Rossi sendiri adalah 157kg.
Banyak orang menganggap balapan sebagai olahraga yang ringan, namun faktanya mengendarai MotoGP, benar-benar pekerjaan berat bahkan bagi pebalap yang sehat.
Berbagai latihan fisik seperti lari, angkat beban, sampai berenang kerap dilakukan para pembalap jelang musim MotoGP bergulir. Hal ini tidak boleh dianggap remeh.
Dibutuhkan kekuatan cukup besar untuk menahan berat motor sebesar 160kg yang melaju dengan kecepatan hingga 300km/jam selama lebih dari 30 menit.
5. Beban saat menikung dan mengerem
Jika fisik seorang pebalap kendor, gaya tekanan gravitasi atau g-force akan membuat stamina sang pembalap cepat terkikis. Kalau sampai stamina menurun, maka daya konsentrasi ikut melorot.
Pebalap juga perlu melakukan angkat beban sebelum race karena berat motor bermesin 800cc itu mencapai 160kg. Bukan beban yang mudah saat harus menikung dalam kecepatan tinggi.
Saat mengerem pun pebalap akan merasakan sekitar 1.2 hingga 1.4 g-force pada tubuhnya.
Kondisi fisik yang fit mutlak diperlukan. Bahkan Rossi sendiri mengaku kesulitan menikung saat ia mengalami cedera patah kaki pada 2010.
Rossi mengatakan kakinya yang patah terasa amat nyeri ketika digunakan untuk menikung saat balapan.
Editor | : | Nina Andrianti Loasana |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar