Kerusuhan yang terjadi pada akhir pertandingan babak 16 besar Liga 2 antara Persita Tangerang melawan PSMS Medan, Rabu (11/10/2017), memakan korban jiwa.
Suporter Persita bernama Banu Rusman meninggal dunia setelah mendapat perawatan di rumah sakit.
Kedua kubu suporter saling berseteru usai laga yang dimenangi PSMS dengan skor tipis 1-0 di Stadion Mini Persikabo, Bogor.
Salah seorang suporter Persita yakni Banu Rusman, mengembuskan nafas terakhir di rumah sakit, Kamis (12/10/2017).
Keributan berawal masuknya suporter Persita ke dalam lapangan untuk melakukan protes ke manajemen terkait kegagalan tim kesayangan mereka lolos ke babak perempat final.
Lantaran ada lemparan dari bangku penonton, keributan pun terjadi dan tak bisa dihindari.
Baru berusia 17 tahun, Banu adalah salah satu suporter Persita yang mendapat serangan brutal dari oknum pendukung PSMS usai laga.
Jenazah Banu Rusman dimakamkan di Desa Tenggeng Wetan, Sragi, Pekalongan, Jawa Tengah, Jumat (12/10/2017).
Sebelumnya anak kelima pasangan Muryati (55) dan Wastam (56) tiba di kediaman pukul 04.00 WIB.
Muryati menceritakan, Banu tinggal bersama kakaknya di Tangerang. Sementara dirinya tinggal di Tegal untuk berdagang. Sejak kecil, korban yang dikenal pendiam oleh keluarganya itu sangat hobi sepakbola.
"Anak saya itu pendiam, waktu hari Rabu (11/10/2017) pas hari kejadian minta izin ke kakaknya mau main, tapi sampai malam ga pulang," kata Muryati.
Muryati sendiri mendapat kabar anaknya menjadi korban keributan antar suporter dari kakaknya yang menelpon.
Ia diminta ke Bogor untuk menjenguk anaknya yang mengalami kecelakaan.
"Saya tidak berani melihat jenazahnya, langsung lemas. Saya cuma melihat kaki dan alis matanya yang lebam," tuturnya.
Muryati mengaku belum tahu pasti kenapa anaknya bisa tewas seusai menyaksikan pertandingan Persita Tangerang melawan PSMS Medan di Stadion mini Persikabo Bogor.
Dirinya hanya ingin pelaku cepat ditangkap sehingga bisa diproses hukum.
"Penginnya cepet ketangkap terus dihukum berat. Anak saya sehat kok tiba-tiba meninggal," pungkasnya.
Lalu bagaimana kelanjutan kasus danu saat ini?
Meski belum ada oknum yang ditangkap pihak kepolisian, baik PSMS Medan maupun Persita Tangerang telah menerima hukuman dari komdis PSSI atas kasus ini.
Komdis (Komisi Disiplin) PSSI menjatuhkan sanksi kepada PSMS, yakni larangan suporter PSMS Medan untuk memasuki stadion sebanyak empat pertandingan dan denda Rp 30 Juta.
Hasil ini diputuskan dalam Sidang Komdis PSSI pada 18 Oktober 2017.
Sedangkan Persita Tangerang dikenakan sanksi pertandingan tanpa penonton 1 kali dan denda Rp 22,5 Juta.
Namun apakah sanksi ini cukup sebagai jawaban atas permintaan Muryati yang menginginkan keadilan atas kematian putranya?
Editor | : | Nina Andrianti Loasana |
Sumber | : | kompas.com, Tribun Medan |
Komentar