Pelatih Manchester City, Pep Guardiola, menjadi kambing hitam dari tiga kekalahan beruntun yang diderita oleh timnya.
Manchester City yang tampil perkasa sejak awal musim mulai kehabisan bensin.
The Citizens pun harus bertekuk lutut pada tiga laga terakhir mereka secara berturut-turut.
Pertama, Manchester City kalah 0-3 dari Liverpool pada leg pertama babak perempat final Liga Champions, lalu kalah 2-3 dari Manchester United pada lanjutan Liga Inggris, dan yang terakhir kalah 1-2 dari Liverpool pada leg kedua.
Pep Guardiola, disebut-sebut menjadi pihak yang bertanggung jawab atas hasil tersebut.
Dilansir BolaSport.com dari Independent, kesalahan Guardiola bukan terletak pada strategi yang diusung saat pertandingan.
Guardiola dinilai sebagai pelatih yang kejam oleh media tersebut.
Dia tak memerhatikan kondisi fisik para pemainnya, dan terkesan memaksakan pemain tersebut turun bermain.
(Baca Juga: 2 Kejanggalan pada Undian Semifinal Liga Champions, Benarkah Direkayasa?)
Buktinya, lihat saja pada Kevin De Bruyne yang tak pernah diistirahatkan sekali pun di Liga Inggris.
Pemain asal Belgia itu malah hanya delapan kali bermain tidak penuh 90 menit dalam 32 pertandingan.
Artinya, De Bruyne selalu tampil penuh dalam 24 pertandingan The Citizens di Liga Inggris.
Padahal, De Bruyne sudah mengeluhkan kondisi fisiknya sejak Desember 2017.
"Kevin De Bruyne sakit dalam dua atau tiga hari ini. Dia kehilangan dua atau tiga kilo karena sakit itu," kata Guardiola mengonfirmasi kabar De Bruyne dilansir BolaSport.com dari Squawka pada (26 /12/2017).
(Baca Juga: Dikartu Merah saat Lawan Real Madrid, Firasat Buffon 1 Tahun Lalu Jadi Kenyataan)
Meski demikian, De Bruyne tak mendapat jatah istirahat sedikit pun dari Guardiola.
De Bruyne memang tak pernah mengeluhkan kondisi fisiknya, tetapi penampilan buruk dirinya kontra Liverpool menjadi bukti.
Apalagi, Guardiola memang tipe pelatih yang sering mengabaikan tindakan medis.
Hal itu dituturkan mantan dokter tim Bayern Muenchen, Hans-Wilhelm Muller-Wohlfahrt.
"Dia benar-benar mengabaikan profesi medis," tutur Muller-Wohlfahrt seperti dilansir BolaSport.com dari The Sun.
"Itu tidak soal penyembuhan, tetapi juga kebebasan dari rasa sakit. tu tak sekadar penyembuhan cedera, itu benar-benar berlawanan dengan filosofi saya," ujarnya.
Dituturkan Muller-Wolfhart, Guardiola juga tipe yang terlalu arogan dan percaya diri berlebihan.
"Dia sombong dan merasa lebih baik daripada siapa pun di klub," kata dia.
(Baca Juga: Isco, Anak Tiri yang Nyaris Sempurna bagi Real Madrid)
Namun, Guardiola menampik bahwa penampilan buruk Man City belakangan adalah karena kecapaian.
Kendati tak bisa menemukan letak masalahnya, dia bersikeras bukan karena faktor fisik yang membuat timnya kalah.
"Anda bisa melihat ketika mereka mencetak gol. Mohamed Salah membuat skor imbang 1-1, itu tak sekadar masalah fisik. Itu...," kata Guardiola tak mampu berkata-kata pada sesi konferensi pers usai laga kontra Liverpool.
Editor | : | Taufan Bara Mukti |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar