Stadion Ezio Scida memberikan prahara bagi Inter Milan musim lalu. Di tengah misi buat mengejar posisi di zona Eropa, Inter malah kalah 1-2 dari sang pemilik stadion, Crotone, yang juga punya misi tak kalah penting: bertahan di Serie A.
Pada akhir musim, Inter akhirnya gagal finis di zona Eropa. Di sisi lain, Crotone bak maestro ilusi melepaskan diri, Harry Houdini.
I Pitagorici baru bisa memastikan terlepas dari jeratan relegasi usai menjalani laga giornata ke-38!
Pada Sabtu (16/9/2017), Inter kembali datang ke Scida. Misi mereka tak sekadar membalas kekalahan tersebut, tetapi juga buat terus berada di papan atas demi memenuhi target finis di peringkat empat.
Andrea Barberis, gelandang Crotone, sadar dengan misi sang tamu. Tanpa ragu, ia mencoba menggagalkan target tersebut.
"Kami tahu Inter memulai liga dengan baik. Kami akan mencoba menghadapi mereka dengan amunisi yang kami miliki. Kami harus mendapatkan lagi karakteristik luar biasa tim ini di akhir musim lalu," katanya seperti dikutip FC Inter News.
4. COMBINED XI: Inter Milan's best South American players since 2000 - https://t.co/DqvdsHnsnw
That strike force. pic.twitter.com/IUDuc5JyuA
— Squawka Football (@Squawka) September 15, 2017
Crotone hanya kalah sekali dalam sembilan laga final musim silam. Total enam kemenangan dan dua hasil imbang dikumpulkan pasukan Davide Nicola.
Di 2017-18, Crotone belum menunjukkan performa seperti di ujung musim lalu. Crotone dua kali kalah dari AC Milan dan Cagliari serta mendapat hasil imbang Hellas Verona.
Inter, toh tetap waspada mengingat kejadian di Scida musim lalu.
"Laga seperti melawan Crotone kerap menghadirkan tipuan. Sebuah kesalahan besar bila sudah merasa superior sehingga enggan berkembang. Saat melawan SPAL, saya melihat tim memiliki keinginan menang dengan sikap yang tepat, keinginan berkorban sebagai sebuah tim. Saya pikir Inter akan bermain seperti itu lagi," ujar pelatih Luciano Spalletti seperti dikutip situs resmi klub.
Editor | : | Bagas Reza Murti |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar