Karena berbagai alasan, Real Madrid sudah lama tidak memainkan trio Gareth Bale, Karim Benzema, dan Cristiano Ronaldo bersamasama sejak menit awal. Alhasil, trio BBC dianggap sebagai bagian dari histori indah klub tersebut.
Penulis: Theresia Simanjuntak
Kolaborasi trisula Bale, Benzema, dan Ronaldo ini pertama kali diluncurkan pada 2013/14.
Kala itu, Madrid masih memiliki Carlo Ancelotti sebagai pelatih dan merekrut Bale dari Tottenham Hotspur di musim panas 2013.
(Baca Juga: Meski Baru Pulih, Eden Hazard Telah Berjasa untuk Striker Baru Chelsea Ini)
Musim debut BBC berakhir fantastis, di mana mereka menjelma sebagai teror nyata pertahanan para lawan.
Bale, Benzema, dan Ronaldo mencetak total 97 gol di semua kompetisi 2013/14, berperan penting dalam keberhasilan Madrid menjuarai Liga Champion.
Trio BBC melanjutkan ketajaman mereka di musim berikutnya dengan melesakkan total 100 gol di semua ajang 2014/15.
Setelah tak tersentuh selama tiga musim beruntun, trio BBC mulai sulit main bareng sejak 2016/17.
Cedera Bale, yang memaksa pemain asal Wales itu menepi lama, jadi salah satu penyebabnya.
Trisula tersebut semakin jarang manggung bersama setelah mencuatnya statistik pada Maret 2017 lalu bahwa persentase kemenangan Los Blancos tanpa BBC dapat mencapai 76 persen.
(Baca Juga: Peringkat Bulu Tangkis Dunia - Carolina Marin dan Nozomi Okuhara Naik Posisi, Ini Nasib Tunggal Putri Indonesia)
Dengan trio itu, mereka hanya menang 56,2 persen.
Pelatih Zinedine Zidane pun percaya Madrid tak lagi bergantung pada trio BBC. Dia nekat mencadangkan Bale di final Liga Champion 2016/17 kontra Juventus pada awal Juni lalu.
Terlebih Bale baru pulih dari cedera. Madrid menang telak 4-1 atas Juve. Apa itu trio BBC?
(Baca Juga: Sergio Ramos Himbau Suporter Timnas Spanyol Tidak Menyiuli Gerrad Pique Akibat Referendum Catalan)
Di 2017/18, Madrid melanjutkan pengabaian BBC. Dalam 10 laga perdana di semua ajang musim ini, belum pernah Bale, Benzema, dan Ronaldo starter bareng.
Faktanya, dalam 70 partai resmi Madrid terakhir, trio BBC cuma manggung 16 kali atau 22,8 persen. Terakhir kali mereka bermain sejak menit awal adalah ketika Madrid kalah 2-3 atas Barcelona pada 23 April lalu.
Apakah sudah saatnya mengucapkan selamat tinggal pada salah satu trisula terbaik dalam sejarah Madrid itu?
(Baca Juga: Tidak Tampil di Liga Champions, Arsenal Justru Raih Peningkatan Penghasilan)
Tunggu dulu. Belum saatnya Madrid menutup kisah trio BBC di saat mereka sendiri sedang kurang tajam dalam serangan.
Di awal musim ini, Zidane sibuk bongkar-pasang lini depannya.
Formasi 4-3-1-2 sempat tampak meyakinkan berhubung Madrid bisa mengalahkan Manchester United 2-1 di Piala Super Eropa (8/8) dan menekuk Barcelona 3-1 di leg I Piala Super Spanyol (13/8).
Pada dua partai itu, Benzema dan Bale menjadi duet striker yang dibantu Isco.
(Baca Juga: VIDEO - Pelatih Bayern Muenchen Dipecat, Dua Bintang PSG Ini Malah Melenggang Jadi Model)
Akan tetapi, kekalahan 0-1 dari Real Betis di jornada kelima merupakan alarm bahwa Zidane memang belum menemukan komposisi terbaik di barisan serangan.
Inilah alasan mengapa trio BBC perlu comeback lagi.
Perlu kembali ditekankan, redupnya kolaborasi tersebut musim lalu adalah karena Bale kurang fit sepanjang 2016/17.
(Baca Juga: Peringkat Bulu Tangkis Dunia - Naik Turun Ganda Putra Indonesia, Marcus Gideon/Kevin Sanjaya Rebut Peringkat Pertama)
Kini, pemain berusia 28 tahun itu mulai kembali ke bentuk normalnya dan rajin memberi kontribusi nyata.
Tampil sembilan kali, dia terlibat dalam lima gol Madrid di seluruh kompetisi musim ini (2 gol, 3 assist), terbanyak di antara semua pemain di klub itu.
Bale dalam kondisi siap tempur, pun demikian dengan Ronaldo yang sudah bebas suspensi. Tinggal menantikan Benzema kembali dari cedera. Trio BBC siap menebar teror lagi.
Isco
Apabila trio BBC kembali dipercaya Zidane, tentu akan makan korban. Para pemain macam Isco, Marco Asensio, Lucas Vazquez, dan Borja Mayoral mungkin akan akrab dengan bangku cadangan kembali.
Di antara mereka, Isco yang paling konsisten setidaknya dalam dua musim terakhir.
Pemain berumur 25 tahun itu memang belum bisa rutin memberikan kontribusi nyata berupa gol dan assist. Buktinya, ia sudah bermain sembilan kali musim ini, tapi baru mencetak satu assist.
Peran Isco sebagai gelandang serang tengah di 4-3-1-2 lebih kepada mengacak-acak konsentrasi pertahanan lawan.
Dengan begitu, dua rekannya di depan dapat mempunyai ruang untuk melesakkan gol.
(Baca Juga: Nyaris Gagal Menang, Bintang Kemenangan AC Milan Sebut Timnya Hanya Kehilangan Konsentrasi)
Karena itu, bakal disayangkan jika Isco cuma sekadar pelapis. Sebagai pelatih, Zidane tentunya telah memikirkan hal tersebut.
Jadi, ada potensi pelatih asal Prancis itu akan kembali menerapkan dua strategi seperti di 2016/17, yaitu 4-3-3 dan 4-3-1-2.
Zidane sudah terbukti mampu mengaplikasikan dua pakem berbeda. Trofi La Liga dan LC musim lalu merupakan buktinya.
Editor | : | Bagas Reza Murti |
Sumber | : | TABLOID BOLA NO. 2.804 |
Komentar