Gareth Southgate bisa dibilang salah satu pelatih Inggris paling sukses sepanjang sejarah.
Southgate sukses membawa Inggris melaju ke babak semifinal untuk pertama kalinya sejak Inggris menjuarai Piala Dunia 1966.
Namun sejatinya, Inggris punya kesempatan lebih besar untuk bisa meraih trofi Piala Dunia 2018 jika Southgate tidak melakukan 3 kesalahan ini:
3. Memainkan Phil Jones
Ketika Jones menjadi sorortan pada 2011, Sir Alex Ferguson menghujaninya dengan banyak pujian.
Jones pun kemudian banyak dimainkan sebagai gelandang bertahan atau sebagai bek tengah.
Namun bahkan ketika Jones berkembang menjadi bek tengah reguler, ia selalu menunjukkan sedikit rasa gugup, terutama dalam pertandingan-pertandingan besar.
Memainkan Phil Jones adalah kesalahan besar Southgate.
(Baca Juga: Begini Alasan Unai Emery Tendang Jack Wilshere dari Arsenal)
Ketika dihadapkan oleh penyerang berbakat dan teknik cepat, Jones sering sekali gagal bertahan.
Southgate seharusnya tahu sejarah Jones melawan Eden Hazard dan Kevin De Bruyne yang kemungkinan besar menjadi lawan Jones di sisi sayap dalam laga melawan Belgia.
Jones juga punya sejarah buruk kala menghadapi Hazard di final Piala FA sebelum Piala Dunia.
Chelsea menang 1-0 karena Jones menjatuhkan Hazard di kotak putih setelah gagal menghadapi serangannya.
Walhasil The Blues mendapatkan hadiah penalti.
Skenario yang sama terjadi kala melawan Belgia.
Teknik De Bruyne terbukti terlalu tangguh untuk diatasi Jones.
De Bruyne kemudian mengoper bola pada Hazard yang kemudian sukses merobek gawang Inggris.
Gol Hazard meruntuhkan mental Inggris dan mereka tidak bisa pulih sepanjang sisa pertandingan.
2. Formasi 3-5-2
Sepanjang Piala Dunia 2018, Southgate memainkan formasi 3-5-2.
Masalah utama formasi ini adalah Inggris tak memiliki pemain yang tepat di lini tengah.
Melawan tim-tim kecil seperti Tunisia dan Panama, Inggris bisa bertahan dengan cukup baik.
(Baca Juga: 4 Pemain Real Madrid yang Beruntung karena Kepindahan Cristiano Ronaldo)
Namun dalam pertandingan melawan Kolombia, Inggris lini tengah Inggris kocar-kacir.
Jordan Henderson terbukti tidak dapat menjaga lini tengah Inggris sendirian.
Apalagi sistem pendukungnya adalah Jesse Lingard dan Delete Alli yang tidak tepat secara fisik dan memiliki pola pikir defensif.
Saat melawan Belgia, Southgate membawa Eric Dier sebagai pengganti Henderson alih-alih memainkan keduanya.
Fabian Delph yang menjaga sisi kiri lini tengah Inggris, tidak memiliki fisik atau kekuatan untuk menyamai gelandang Belgia.
Memang Inggris memiliki lebih banyak pengusaan bola, namun Belgia lah yang selalu tampak mengancam setiap kali mereka meluncurkan serangan balik.
1. Memainkan Raheem Sterling
Pertanyaan terbesar yang ada di benak setiap pendukung Inggris adalah apakah Sterling adalah opsi menyerang terbaik untuk The Three Lions?
Dari semua pemain Inggris, Sterling diberi kesempatan paling banyak untuk tampil dan selalu tampil mengecawakan di setiap kesempatan.
(Baca juga: Perjalanan Kroasia di Piala Dunia 2018 Mirip Jerman 2002, dari Lubang Jarum hingga Final)
Inggris memiliki Jamie Vardy yang sukses mencetak 20 gol semusim di bangku cadangan yang secara alami bisa masuk ke posisi striker kedua.
Juga ada Marcus Rashford yang sering dipanggil untuk menambak kekuatan serang dari dari bangku cadangan.
Southgate seakan tidak belajar dari pengalaman ketika Sterling gagal mencetak gol ke gawang kosong dalam laga melawan Swedia.
Editor | : | Nina Andrianti Loasana |
Sumber | : | Sportskeeda.com |
Komentar