Timnas Prancis dan Kroasia akan beradu dalam laga final Piala Dunia 2018 di Stadion Luzhniki, Moskow, Minggu (15/7/2018) pukul 22.00 WIB.
Khusus bagi Prancis, mereka bakal berada dalam garis tipis antara sejarah yang fantastis atau kegagalan yang amat menyakitkan.
Jika sukses menaklukkan Kroasia, Les Bleus akan merengkuh gelar kedua di Piala Dunia setelah memenangi trofi pertama tepat 20 tahun silam.
Sebaliknya, andai ditekuk Kroasia, Prancis bakal tercoreng rekor buruk akibat kegagalan menjadi juara pada dua partai final beruntun di turnamen akbar.
Dua tahun silam, pasukan Didier Deschamps dikalahkan timnas Portugal 0-1 di final Piala Eropa 2016.
Kini, Paul Pogba cs mencoba mencari penebusan akibat kekalahan menyakitkan tersebut.
(Baca juga: Perjalanan Kroasia di Piala Dunia 2018 Mirip Jerman 2002, dari Lubang Jarum hingga Final)
Masalahnya, kalau sampai kejadian kalah di Luzhniki nanti, Prancis akan menjadi tim pertama yang takluk pada final Piala Eropa dan Piala Dunia secara beruntun dalam waktu jeda dua tahun.
Rekor buruk tersebut berlaku sepanjang sejarah yang melibatkan tim-tim Eropa.
Andai hal itu benar terjadi, timnas Prancis asuhan Deschamps akan mendapatkan hasil bertolak belakang dengan skuat Les Bleus di era kejayaan generasi 1998-2000.
Ketika itu, Prancis mampu memenangi dua partai final turnamen besar secara beruntun di Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000.
Karena itu, Deschamps tak mau pasukannya terfokus kepada hasil-hasil gemilang ataupun kegagalan di masa lalu.
"Kami hanya menatap pertandingan di depan mata melawan Kroasia," kata sang pelatih, dikutip BolaSport.com dari BBC.
"Tim tak boleh mengulangi kesalahan di final Piala Eropa dua tahun lalu dan tak boleh juga terbuai kesuksesan juara dunia 20 tahun silam," ujar kapten Les Bleus saat memenangi Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | BolaSport.com, Bbc.com |
Komentar