Ada banyak pertimbangan kenapa seorang pemain bisa masuk ke skuat tim nasional.
Tidak jarang, penampilan pemain bersama klub di ajang domestik jadi satu dari sekian hal yang diperhitungkan.
Beberapa waktu lalu, kita dikejutkan dengan beberapa pemain yang tidak dipanggil tim nasional, padahal di klub mereka punya performa yang luar biasa.
Sebut saja nama-nama seperti Radja Nainggolan, Leroy Sane, dan Mauro Icardi yang jadi 'korban seleksi alam' di ajang internasional.
Uniknya, ada beberapa pemain yang justru malah lebih bagus main bareng timnas ketimbang di klub.
Entah karena faktor keberuntungan atau apa, mereka yang biasa-biasa saja di klub malah ngeluarin skill terbaiknya kalau lagi ajang bela timnas.
Berikut 7 pemain yang malah lebih keren main bareng timnas padahal biasa-biasa saja di klub.
1. Lucas Podolski (Jerman)
Sebenarnya Podolski bukan pemain hebat tapi juga bukan pemain cupu di Bayern Munich atau Arsenal.
Kalo melihat sepak terjangnya di klub, Poldi memang bukan pemain kelas dunia.
(Baca juga: Apes! 3 Negara Ini Selalu Kalah di Final Piala Dunia, Kok Bisa?)
Tapi bareng Der Panser, dia jadi pemain dengan jumlah gol terbanyak ketiga setelah Gerd Muller dan Miroslav Klose dengan jumlah 49 gol.
Poldi juga mengantongi jam terbang ketiga terbanyak setelah Lothar Matthaus dan Klose.
Lebih jauh lagi, jebolan klub Cologne itu memang pemain yang serba bisa di lini depan.
Jadi target man bisa, second striker bisa, jadi winger juga oke!
2. Eduardo Vargas (Chille)
Kalau Anda menganggap kalo Chille hanya punya Alexis Sanchez dan Arturo Vidal, Anda salah besar.
Chille masih punya Eduardo Vargas yang penampilannya tidak pernah mengecekwakan ketika bareng timnas.
Vargas dua kali menyabet top scorer Copa America berturut-turut.
Dia menyabet penghargaan itu pada 2015 dan 2016.
Vargas juga jadi 'biang kerok' atas kegagalan Spanyol di Piala Dunia 2014.
Bareng timnas Chille dia mengoleksi 'jam terbang' sebanyak 82 pertandingan dengan 35 gol.
Anehnya, ia gagal total di Napoli, Valencia, QPR, dan Hiffenheim.
Saat ini, Vargas merumput di Tigres di Liga Mexico.
3. Mauricia Isla (Chille)
Selain Vargas, ada Isla yang kurang lebih mengalami nasib yang sama.
Isla mengoleksi 100 penampilan, dan tampil bagus di dua turnamen Piala Dunia.
Sama seperti Vargas, perannya penting buat gelar bersejarah Copa America di tahun 2015 dan 2016.
Karier klubnya menurun setelah meninggalkan Udinese pada tahun 2012.
(Baca juga: Divonis 4 Tahun Penjara, Jennifer Dunn Rupanya Punya Masa Lalu Diet yang Mengagumkan)
Isla jadi pajangan bangku cadangan di Juventus, terdegradasi dengan QPR, dan terpuruk di Marseille.
Dia sekarang main di Fenerbahce setelah satu musim yang biasa-biasa saja di Cagliari, keadaan yang menyedihkan buat seorang pemain berbakat seperti Isla.
4. Fabio Grosso (Italia)
Bisa dibilang Piala Dunia 2006 adalah momen paling bersejarah buat Fabio Grosso.
Bek kiri Italia ini secara luar biasa jadi kunci kemenangan Gli Azzurri.
Di semifinal, Grosso bikin satu gol di menit 119 yang bikin Jerman sebagai tuan rumah tersingkir.
Saat final kontra Prancis, Grosso yang gagah perkasa bagai perwira jadi aljogo penalti penentu kemenangan Italia.
Anehnya, Grosso bermain di divisi yang lebih rendah sampai ia berusia 23 tahun dan nggak dapet banyak sorotan di Perugia dan Palermo.
Setelah Piala Dunia, dia gabung ke Intertapi nggak sukses-sukses amat.
Kemudia Grosso menjalani karier yang agak buruk di Lyon dan Juventus.
Karier klubnya bisa dibilang sebagai kegagalan.
Namun untuk tim nasional, Grosso adalah pahlawan.
5. Anders Svensson (Swedia)
Coba tebak siapa pemain Swedia dengan penampilan terbanyak?
Kala Anda menjawab Zlatan Ibrahimovic itu salah besar!
(Baca juga: Miris! Pria Ini Nekat Bunuh Diri karena Argentina Kalah Telak dari Kroasia)
Nyatanya ada Anders Svensson yang punya koleksi penampilan lebih banyak dari Ibra.
Svensson yang kurang terkenal mewakili Swedia sebanyak 148 kali dari tahun 1999 hingga 2013.
Gelandang cerdas dan berdedikasi ini mencetak 21 gol, termasuk tendangan bebas fenomenal yang mengugurkan tim favorit juara, Argentina, di babak grup Piala Dunia 2002.
Secara keseluruhan, Svensson pernah tampil di dua Piala Dunia dan tiga Euro. Tapi dia cuma pernah main bersama Southampton selama empat musim dan menghabiskan sisa karirnya di Elfsborg.
6. Asamoah Gyan (Ghana)
Buat timnas Ghana, Gyan adalah seorang pahlawan.
Gyan jadi pencetak gol terbanyak dalam sejarah tim nasional dengan 51 gol dari 106 pertandingan.
Sayagnya, dia gagal mengeksekusi tendangan penalti kontra Uruguay di babak perempat final Piala Dunia 2010.
Namun Gyan mencetak tiga gol di turnamen itu dan rekornya di kompetisi besar juga luar biasa.
Saat Piala Dunia 2014, Gyan bahkan nyetak gol saat kontra Jerman dan Portugal saat Ghana gagal lolos di fase grup.
Buat kariernya di klub, dia jadi pemain yang biasa-biasa saja di Udinese, Rennes, dan Sunderland, dan menyudahi kariernya di Uni Emirat Arab dan China.
7. Sergio Romero (Argentina)
Nasib kiper yang satu ini memang selalu jadi 'ban serep' di klub yang menjadi kariernya.
Pertama di Monaco, Sampdoria, dan sekarang di Manchester United.
Tapi selama itu dia merasakan tiga final selama karier internasionalnya.
Final Piala Dunia 2014, dan final Copa America 2015, dan 2016. Singkatnya El Papi adalah kiper yang berbakat.
(Baca juga: 7 Gaya Rambut Paling Gokil dan Ajaib di Piala Dunia Sepanjang Masa)
Sebenarnya Romero udah meminta manajemen MU buat meminjamkan dirinya ke klub lain supaya bakatnya terlatih.
Sayangnya Romero mengalami cedera dan batal berangkat ke Piala Dunia 2018.
Editor | : | Muhammad Shofii |
Sumber | : | hai.grid.id |
Komentar