Para legenda sepak bola akan terus diingat dari prestasi yang mereka ukir.
Gabriel Batistuta adalah legenda yang mulai dilupakan, kendati merupakan legenda pemberi gelar terakhir.
Bulan Juli 24 tahun lalu, Gabriel Omar Batistuta menjadi striker paling ditakuti kiper di seluruh Eropa hingga Amerika Latin.
Batistuta yang memperkuat timnas Argentina menjadi bagian penting negerinya meraih dua gelar Piala Amerika tahun 1991 dan 1993.
Dia mencetak gol pada dua laga final kejuaraan itu.
Pada 21 Juli 1991, pada laga final yang digelar di Chile, Argentina menjadi juara berkat gol yang dicetak Diego Simeone (kini pelatih Atletico Madrid) dan Gabriel Batistuta.
Mereka mengalahkan Kolombia 2-1.
Dua tahun berselang, pada 4 Juli 1993 di Ekuador mantan pemain Fiorentina dan AS Roma itu mencetak dua gol membawa Argentina unggul atas Meksiko 2-1 di laga final.
Situs FIFA mencatat Batistuta sudah memperkuat Argentina di 78 pertandingan dan mencetak 56 gol. Sementara saat menjadi pemain Fiorentina periode 1991-2000 dia bermain 269 laga dan mencetak 168 gol.
Di Italia, julukan Batigol menjadi populer disematkan padanya. Batistuta membawa Fiorentina menjadi klub yang disegani.
Sementara prestasi Batistuta di Argentina hingga kini belum bisa terulang.
Argentina tak kunjung meraih gelar setelah Copa America 1993, meski kini diperkuat pemain terbaik dunia Lionel Messi.
Namun, segudang prestasi Batistuta di masa lalu tak bisa menjamin kehidupannya kini.
Veteran pemain yang kini berusia 48 tahun itu kini justru menderita sakit pada kakinya dan menjadi susah berjalan.
"Saya hidup dan bernapas sepak bola. Kini, saya kesulitan berjalan karena itu. Saya memberi terlalu banyak untuk sepak bola," ujar Batistuta.
Saat itu, dia ditanya karena pernah menyatakan membenci sepak bola.
Faktanya, kata Batistuta, dia sangat menyukai dunia sepak bola.
Sakit yang dideritanya sempat mendorong Batistuta meminta amputasi alias memotong sebagian kakinya.
Batistuta bercerita derita yang paling parah ketika dia terbangun dini hari.
Dia tak bisa berjalan menuju kamar mandi meski berjarak tiga meter.
Sang legenda sepak bola Argentina itu terpaksa mengompol di tempat tidur.
Saat bertemu dokter dan mengeluhkan sakit di kakinya itu, Batistuta meminta sang dokter mengamputasi.
Namun, permintaan itu ditolak. "Dokter itu melihat ke arah saya dan bilang saya sudah gila," kata Batistuta.
Batistuta mengatakan bahwa tidak ada lagi tulang rawan atau tendon yang tersisa di kakinya ketika itu.
"Berat saya 86 kilogram hanya ditopang oleh tulang dan hal itu membuat saya merasa sangat nyeri," ujarnya.
Situasi drastis itu tak dialaminya terus-menerus. Namun, Batigol terpaksa mengakhiri kariernya di olahraga Polo di mana bersama klubnya Batistuta memenangi sebuah kejuaraan.
Dia kemudian menggeluti aktivitas yang lebih tenang pascasepakbola.
Ironi di Ruang Ganti
Beberapa bulan lalu, media-media olahraga memberitakan keluhan Batistuta saat mengunjungi timnas Argentina dalam salah satu agenda Kualifikasi Piala Dunia.
Saat itu, Gabriel Batistuta tak banyak diperhatikan.
Goal memberitakan situasi saat Batistuta mengunjungi ruang ganti pemain timnas Argentina.
Saat itu, dia menyapa para pemain, namun hanya separo yang merespons dan meluangkan waktu bersama sang legenda.
Batigol menganggap hal itu sebagai akibat dari selisih antargenerasi dan dia tak terkait langsung dengan para pemain timnas Argentina.
"Saya senang bila mendapat penghargaan bukan atas siapa saya. Tetapi, karena saya pernah bermain di sana dan pernah di ruang ganti itu," kata Batistuta kepada TyC Sports.
Dia mengatakan tak akan menangisi peristiwa itu.
"Bocah-bocah ini tak mendapat bantuan dari pihak-pihak yang bertanggung jawab," ucapnya.
Gabriel Batistuta melemparkam kritik bahwa tak ada mental juara di sekitar mereka.
"Tak ada yang tahu apa yang kami lakukan sebelumnya karena tak ada yang memberi tahu," kata Batistuta.
Karier olahraga Batistuta bisa saja kembali menanjak seiring tawaran melatih klub A -League Australia beberapa bulan lalu.
Namun, pada Juni lalu peluang Batigol kembali menyusut.
Media setempat di Australia menyebut klub tersebut sudah mendapat kandidat lain, pelatih berkebangsaan Jerman sebagai kandidat kuat pelatih.
Inilah Agenda Besar Terdekat Timnas Indonesia https://t.co/F011oCRh7r lewat @bolasportcom
— BolaSport.com (@bolasportcom) July 26, 2017
Editor | : | Yudie Thirzano |
Sumber | : | Goal/SMH |
Komentar