Chris Froome (Team Sky) secara luar biasa menjuarai Tour de France 2017. Ia menjadi kampiun meski tak pernah sekalipun menjuarai etape dari total 21 etape yang tersedia.
Froome hanya unggul 54 detik dari Rigoberto Uran (Cannondale-Drapac), yang uniknya juga cuma sekali menjuarai etape, yakni di Nantua-Chambery, trek pegunungan sejauh 181,5 km.
Menjelang Vuelta a Espana 2017 (19 Agustus-10 September), Froome kembali menargetkan posisi sebagai pemimpin klasemen umum di akhir etape 21 pada 10 September 2017, di Kota Madrid.
Froome menargetkan gelar perdana dalam kariernya di Vuelta setelah tiga kali menyelesaikan balapan sebagai runner-up pada 2012, 2014, dan 2016.
"Tahun lalu Vuelta seperti target yang baru diseriusi setelah terjun. Kini, kami memikirkan Vuelta secara serius. Kami masuk ke balapan dengan membawa misi juara dan ingin memiliki peluang tersebut hingga etape terakhir," ujar pria berusia 32 tahun itu.
Baca juga:
JUARA: Lima Kunci Sukses Froome
Froome bertekad menjadi pria Inggris pertama yang bisa menjuarai Vuelta.
Tak hanya itu, ia juga berharap menjadi pria pertama yang bisa menjuarai Tour de France dan Vuelta di tahun yang sama, sejak Vuelta digeser ke Agustus-September dari April pada 1995.
Sebelumnya, Bernard Hinault menjadi pebalap terakhir yang bisa menjuarai Tour de France dan Vuelta pada 1978 dengan peletakkan jadwal Vuelta lebih dulu ketimbang Tour de France.
Mundur ke belakang, terdapat Jacques Anquetil yang menjuarai Vuelta dan Tour de France pada 1963. Froome bisa menjadi orang ketiga.
Froome bisa dibilang spesialis Tour de France mengingat seluruh gelarnya dalam Grand Tour (Giro d'Italia, Tour de France, Vuelta a Espana) dibuat di Prancis, sebanyak empat kali pada 2013, 2015, 2016, dan 2017.
Editor | : | Diya Farida Purnawangsuni |
Sumber | : | Cycling News |
Komentar