Ganda putra Ricky Karandasuwardi/Angga Pratama menghadapi partai hidup-mati pada Japan Open Superseries 2017 yang bergulir mulai 19-24 September 2017.
Bertemu dengan wakil tuan rumah, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda, pada Rabu (20/9/2017), Ricky/Angga dituntut tampil prima.
Pasalnya, nasib keberlangsungan pasangan ini ditentukan oleh langkah pertama mereka di Jepang Terbuka 2017.
Pelatih ganda putra, Herry Iman Pierngadi, berkeinginan untuk menceraikan Ricky/Angga setelah melihat track record mereka beberapa tahun terakhir.
Ricky/Angga terhitung kering prestasi ketimbang sang junior, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo.
Pada tahun 2017, prestasi terbaik Ricky/Angga adalah finalis India Open 2017.
(Baca Juga: Japan Open 2017 - Son Wan-ho Melaju ke Babak Kedua, Tai Tzu Ying Mundur dari Turnamen)
Namun, mereka kalah dari Marcus/Kevin di babak final dalam dua gim langsung 11-21 dan 15-21.
Rekor pertemuan Ricky/Angga dengan Kamura/Sonoda terhitung cukup baik.
Ricky/Angga menang 5 dari 7 pertemuan kedua pasangan tersebut.
(Baca Juga: Japan Open 2017 - Praveen Jordan/Debby Susanto Membuka Babak Pertama dengan Manis)
Namun, pada pertemuan terakhir di Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2017, Ricky/Angga kalah rubber game dengan skor 18-21, 24-22, dan 15-21.
Rencana perceraian Ricky/Angga sebenarnya sudah berhembus sejak Indonesia Open 2017 berakhir pada Juni 2017.
"Kita lihat sampai Kejuaraan Dunia 2017, apakah masih bisa dipertahankan atau harus bercerai," ujar Herry IP seperti dikutip BolaSport.com dari situs resmi PBSI pada 18 Juni 2017.
Lolos ke babak 16 besar Kejuaraan Dunia 2017 tampaknya membuat pasangan tersebut memiliki tambahan waktu untuk menunjukkan kemampuan mereka.
Jika sekiranya Jepang berpihak pada Ricky/Angga dengan mempersembahkan juara, bisa jadi proses perceraian keduanya akan dipertimbangkan kembali.
Pertandingan Ricky/Angga dengan Kamura/Sonoda dimulai pada Rabu (20/9/2017) sekitar pukul 14.00 WIB di Tokyo Metropolitan Gymnasium, Tokyo, Jepang.
Editor | : | Aditya Fahmi Nurwahid |
Sumber | : | badmintonindonesia.org |
Komentar