Pengurus Pusat Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (PP PGSI) baru saja sukses menyelenggarakan Kejurnas Gulat Senior 2017 pada 24-27 Oktober di GOR.Ciracas, Jakarta Timur.
Kejurnas gulat ini sekaligus menjadi test event untuk Asian Games 2018 yang akan digelar di Jakarta dan Palembang.
Ada dua sasaran utama dari gelaran di atas. Pertama, kejurnas sebagai arena evaluasi untuk para pegulat yang selama ini sudah ditempa dalam pelatnas Asian Games XVIII/2018, dan sekaligus seleksi untuk pembentukan tim gulat nasional yang lebih ideal dan dapat lebih dipertanggung-jawabkan.
Berkaitan dengan personalia pegulat yang diproyeksikan ke Asian Games XVIII/2018 tersebut, Sekjen PP PGSI, Washington Sigalingging menyebutkan, sangat mungkin ada perubahan.
"Tentunya ada evaluasi, jadi ada kemungkinan personalianya berubah," jelas Washington, Senin (30/10/2017) seperti dikutip Bolasport.com dari Tribunnews.com.
"Yang pasti kita tidak akan sekadar menentukan materi pegulat pelatnas dari pencapaian prestasi mereka, harus dipertimbangkan berbagai faktor lainnya. Jadi semua akan kita evaluasi, harus ada analisisnya juga. Intinya, mereka yang masuk dalam pelatnas memang bisa dipertanggung-jawabkan secara keilmuan gulat," papar Washington.
Disinggung tentang nomor-nomor atau kelas yang akan dikompetisikan di Asian Games XVIII/2018, Sekjen PB PGSI memastikan, jumlahnya 18, dan itu sesuai dengan yang dipertandingkan pada kejurnas gulat senior 2017 ini.
"Ke-18 kelas yang dipertandingkan di kejurnas gulat senior 2017 ini sudah merujuk pada ketentuan dari UWW (United World Wrestling), bahkan sudah disetujui oleh Dewan Olimpiade Asia (OCA)," tutur Washington.
18 kelas yang dipertandingkan di kejurnas senior 2017 meliputi gaya bebas putra di kelas 57 kg, 65 kg, 74 kg, 86 kg, 97 kg dan 125 kg. Juga gaya bebas putri di kelas 48 kg, 53 kg, 58 kg, 63 kg, 69 kg dan 75 kg. Kemudian, gaya grego romawi putra di kelas 59 kg, 66 kg, 75 kg, 85 kg, 98 kg, 130 kg.
Kelas-kelas tersebut di atas sudah mengacu pada aturan dan standar internasional, jadi mestinya tidak dirubah lagi. Washington mengkritisi seringnya dilakukan perubahan pada kelas-kelas yang dikompetisikan pada berbagai event di tanah air, termasuk PON XVIII/2016 lalu, di Jabar.
"Kita tidak bisa lagi menyebut untuk pembinaan. Kalau alasannya seperti itu terus kita akan semakin tertinggal oleh negara-negara lain. Semua harus mengacu pada aturan dan standar internasional. Jangan kita rubah-rubah. Kita harus konsisten ikuti standar yang ditetapkan UWW," tegas Washington.
Editor | : | Imadudin Adam |
Sumber | : | Tribunnews.com |
Komentar