Setelah absen di tingkat nasional selama dua tahun akibat kisruh di kepengurusan, bahkan tidak mengikuti PON XIX Jawa Barat 2016, para atlet olahraga dirgantara gantole (layang gantung) Jawa Tengah memulai era kebangkitannya.
Seri I Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Lintas Alam Gantolle Wonogiri 2017 berlangsung di Bukit Joglo, Waduk Gajah Mungkur, Desa Sendang, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, pada 29 Oktober hingga 1 November 2017.
Isah Iriawan, asal Klaten, menjuarai Kelas B dan Supardi merebut perunggu
Sedangkan Susetiyoko Achmad meraih medali perunggu Kelas A.
Karena kurang siapnya Pengurus Provinsi (Pengprov) Gantolle Jawa Tengah sebagai penyelenggara, Seri I Wonogiri berlangsung setelah Seri II.
Penyelenggaraan Seri II bersamaan dengan Kejuaraan Internasional Piala Telomoyo III Cat. 2 FAI (Federasi Aeronautika Internasional) pertengahan September lalu, di Ambarawa, Jawa Tengah.
Pesertanya pun hanya 21 pilot asal 6 provinsi; Banten, DKI Jaya, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Barat, dan Yogyakarta.
(Baca Juga: El Clasico Real Madrid Vs Barcelona Saat Malam Hari WIB, Siapa Lebih Jago?)
Kurangnya dukungan dana dari KONI Daerah, terutama untuk transportasi, menyulitkan para pilot dari luar Jawa untuk turut berpartisipasi.
Sedangkan para pilot Jawa Barat, termasuk juara Kelas B Seri II Ridwan Jaelani, absen karena berbarengan waktunya dengan babak kualifikasi Porprov (Pekan Olahraga Provinsi).
Dalam kejuaraan yang melombakan nomor lintas alam terbatas (race to goal), para pilot (sebutan bagi atlet olahraga dirgantara) Kelas A menempuh rute terpanjang pada Ronde IV (1/11), yakni 48,8 km.
Sedangkan para pilot Kelas B terbang terjauh pada Ronde I (29/10), 24,7 km.
Para pilot diwajibkan terbang di atas sejumlah titik dalam waktu tercepat.
Peralatan navigasi GPS (Global Positioning System) yang wajib dibawa setiap pilot, merekam jejak dan waktu penerbangan mereka.
Yang membedakan kelas para pilot adalah jenis layangan.
Bila di Kelas B layangannya satu lapis, di Kelas A dua lapis.
(Baca Juga: Akhirnya, Radja Nainggolan Kembali Dipanggil Timnas Belgia)
Ketua PGPI (Persatuan Gantolle dan Paralayang Indonesia) Bidang Gantolle, Alda Lubis, gembira dengan kemajuan pesat dan prestasi para pilot, meski peserta Seri Wonogiri tidak banyak.
“Akibat banyaknya kejuaraan, teknik dan kemampuan para pilot kelihatan meningkat. Penerbang berbakat pun banyak bermunculan."
"Kejuaraan Nasional yang berseri harus diteruskan tahun depan,” ujar Alda Lubis seperti disampaikan Tagor Siagian, staf Humas PB FASI (Pengurus Besar Federasi Aero Sport Indonesia), kepada BolaSport.com.
Selain Seri Kejurnas, para pilot gantole setiap tahunnya juga mengikuti Yogja Air Show, kejuaraan berbagai cabang olahraga udara di kawasan Pantai Parangtritis sekitar Maret.
Juga Piala KSAU dalam rangka ulang tahun TNI Angkatan Udara pada bulan April.
Banyaknya lomba di dua tahun ke depan diharapkan ikut mematangkan para pilot asal Papua sebagai persiapan mengikuti PON (Pekan Olahraga Nasional) XX 2020.
Sesuai peraturan PB PON, setiap cabang peserta PON wajib mengikutkan atlet putra daerah.
Menurut Alda Lubis, akhir tahun ini sebanyak 4 pilot Papua akan mulai dilatih.
Dukungan perusahaan BUMN juga amat penting dalam mendukung misi pengembangan wisata olahraga dirgantara di Tanah Air.
Karena dengan ditemukannya lokasi baru untuk olahraga udara setiap tahun, kehidupan ekonomi masyarakat setempat dapat juga meningkat.
Karena, banyak wisatawan berkunjung hanya untuk terbang.
Jangan Jago Kandang
Tidak mau atletnya hanya jago kandang, Alda juga melihat pentingnya para pilot nasional mengikuti kejuaraan lintas alam tingkat internasional.
“Dengan dukungan dana KONI Daerah, para pilot harus berani bertarung di luar negeri. Hanya dengan begitu kita bisa mengikuti Kejuaraan Dunia,” ucapnya.
Pada Kejuaraan Dunia Gantole ke-21 Agustus lalu di Brasil, Indonesia tidak terwakili.
Agar bisa mengikuti Kejuaraan Dunia 2019 di Italia, para pilot harus mencapai peringkat dunia tertentu dengan mengikuti berbagai kejuaraan selama 2018.
Sementara itu, demi memenuhi antusiasme atletnya, Ketua Gantole Jawa Tengah, Susetiyoko Achmad akan mengirim 8 pilot pada Seri Kejurnas Ketepatan Mendarat (KTM) di Sawahlunto, Sumatera Barat, 29 November 2 Desember ini.
Ajang ini merupakan kejuaraan penutup kalender kegiatan gantole pada 2017.
Untuk kejuaraan lintas alam berikut tahun depan, ia merasa harus menyempurnakan kinerja sistim teknik komunikasi dan penjemputan pilot yang mendarat di berbagai tempat.
Karena dalam nomor lintas alam para pilot cukup memasuki radius titik akhir (goal) tanpa harus mendarat di titik tertentu.
Kawasan Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri dikenal sangat cocok untuk terbang jauh olahraga dirgantara.
Rekor terbang lintas alam gantole masih dipegang pilot senior DKI Jaya, Roy Sadewo, sejauh 92 km yang dibuat pada 1995
Sedangkan rekor lintas alam paralayang atas nama pilot putra anggota Pelatnas Asian Games 2018, Hening Paradigma.
Rekor Hening Paradigma adalah sejauh 109 km yang dibuat pada 2012 juga dari Wonogiri hingga Pati.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | PB FASI |
Komentar