Saat ini, pendidikan formal yang bisa langsung kerja tidak hanya kampus atau dunia perkuliahan.
Sudah sejak lama ada SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) yang spesifik di bidang ilmu tertentu, seperti MICE, kuliner, hingga animasi yang memungkinkan lulusannya langsung bekerja karena sudah dibekali ilmu yang cukup.
Pertanyannya, bagaimana kalau pada level SMA sudah dibekali dengan pendidikan eSports, di mana lulusannya sudah layak menyandang gelar atlet atau player, serta bidang-bidang lainnya seperti Shoutcaster, Team Manager, Analist, dan masih banyak lagi?
Bagi kaum awam, mungkin terdengar aneh apabila sekolah memberikan pelajaran untuk menjadi gamer.
Namun, kids zaman now tentu sudah tak asing dengan eSports dan berbagai profesi yang berkaitan dengannya.
Jika digeluti secara serius, profesi ini sama derajatnya dengan atlet olahraga profesional lainnya.
(Baca Juga: Jawaban Radja Nainggolan Setelah Ditunjuk Jadi Kapten AS Roma)
Sobat BolaSport.com yang masuk ke sekolah ini akan belajar menjadi pemain profesional, kemudian membentuk tim, dan mengikuti turnamen.
Dari turnamen itu, akan banyak hadiah dari lomba dan sponsor yang bisa didapat, layaknya atlet-atlet cabang olah raga lainnya.
Seperti siklus atlet pada umumnya, jika dimulai dari usia yang lebih muda, masa produktifnya pun akan lebih panjang.
Peluang inilah yang dilihat oleh SMA 1 PSKD, yang terletak di Jalan Diponegoro Nomor 80, Jakarta Pusat.
Bekerja sama dengan perusahaan hardware MSI (Micro-Star International), perusahaan peralatan game asal Denmark, SteelSeries, dan produsen casing dan power BitFenix, SMA 1 PSKD kembali membuka pendaftaran murid baru dan pindahan jalur eSports untuk tahun ajaran 2018/2019.
Program ini sebetulnya bukan hal baru di SMA 1 PSKD, karena sudah dibuka sejak tahun ajaran 2016/ 2017.
(Baca Juga: Neymar Bawa Malapetaka Tiap 35 Menit)
Namun perlu diingat juga, adanya jalur eSports ini bukan berarti Sobat BolaSport.com hanya main game 10 jam sehari.
Di sekolah ini, para pelajar yang masuk ke jalur eSports tetap harus belajar mata pelajaran Ekonomi, Komunikasi, Bahasa Inggris, dan Matematika.
Selebihnya ada kurikulum dasar pendidikan dan unsur skill permainan dari empat cabang utama, yakni DOTA (Defense of The Ancient) 2, League of Legends, Counter Strike: Global Offensive, dan Overwatch, serta tiga cabang sekunder, Heartstone, Vain Glory, dan Point Blank.
Dalam pengantarnya, pihak SMA 1 PSKD sudah memperingatkan, walaupun program ini masih dianggap remeh, program ini tetap menuntut determinasi, disiplin, dan komitmen yang tinggi dari murid-muridnya.
“Perkembangan di bidang eSports akan berjalan paralel dengan program akademik yang berkualitas dan berstandard tinggi, sehingga kami menganjurkan kepada seluruh calon murid yang ingin mendaftar untuk mempertimbangkan dengan baik sebelum membuat keputusan. We hope to see you soon!!! Happy Gaming!!!” seperti yang ditulis dalam keterangan resmi di situsnya.
(Baca Juga: VIDEO - Reaksi Neymar Saat Gol Pertama Edinson Cavani Jelaskan Hubungan Keduanya)
Uniknya, SMA ini juga membuka kesempatan luas untuk pendaftaran melalui jalur beasiswa.
Tersedia enam beasiswa untuk masing-masing cabang yang dinilai berdasarkan kemampuan ekonomi, sosial, dan lain sebagainya.
Bagi Sobat BolaSport.com yang berminat mengejar bea siswa, disarankan untuk menyertakan bukti prestasi di bidang eSports dengan format bebas, bisa dengan pengantar dari publisher, sertifikat, dan dokumentasi prestasi.
Bagi yang masih berpikir ini pelajaran mudah, sekadar gambaran, seorang atlet eSports rata-rata menghabiskan waktu 10 jam sehari untuk berlatih.
Di luar itu, sekolah ini juga menuntut tanggung jawab untuk mempertahankan nilai rapor rata-rata minimal 80 selama masa sekolah, menguasai bahasa Inggris, mengikuti semua kegiatan latihan, dan pertandingan program eSports, sesuai peraturan yang berlaku di lingkungan sekolah.
Dalam kata pengantarnya, pihak SMA 1 PSKD juga meminta para siswa jurusan eSports untuk menjaga nama baik sekolah dan cabang yang didalami dengan penuh tanggung jawab.
“Posisi eSports sebagai suatu bidang yang masih dianggap kontroversial memberikan beban tambahan bagi para peserta program untuk bisa menjadi contoh positif dalam mengatasi stereotipe negatif yang ada dimasyarakat terhadap bidang eSports,” terangnya.
Sobat BolaSport.com tertarik? Selamat mencoba ya!
Editor | : | Diya Farida Purnawangsuni |
Sumber | : | popcon.asia |
Komentar