"Eggak menyangka bisa jadi juara dunia lagi. Sebelumnya, saya sudah pernah jadi juara dunia tiga kali, dan 2017 saya bisa juara lagi," tutur Liliyana yang juga menjadi juara dunia bersama Tontowi pada 2013.
Sebelumnya, gelar juara dunia diraih Liliyana pada 2005 dan 2007 saat berpasangan dengan Nova Widianto.
Senada dengan pasangannya, Tontowi pun mengatakan gelar BIOSSP 2017 menjadi gelar yang paling membekas di hatinya.
"Rasanya luar biasa, bisa juara di depan publik sendiri dan akhirnya menang setelah beberapa kali mencoba. Kami pun mematahkan anggapan orang yang meragukan kalau kami bisa juara di kandang sendiri," ujar Tontowi.
"Apalagi lihat lawan-lawan kami di BIOSSP memang banyak pemain-pemain muda yang sedang naik penampilannya," katanya.
Tontowi/Liliyana mengaku cukup puas dengan capaian mereka pada 2017. Dua gelar penting yang memang dibidik mereka, berhasil diraih.
Satu gelar lainnya juga direbut Tontowi/Liliyana pada French Open Super Series 2017.
(Baca juga: Presiden BAM Berharap Timnas Malaysia Lolos ke Putaran Final Piala Thomas)
"Secara keseluruhan sih, kami cukup puas dengan hasil 2017, pertandingan yang memang jadi target bisa kami menangkan. Untuk pemain kelas senior, sudah bisa dapat gelar penting seperti di Olimpiade, All England, juara dunia, menurut saya sudah bagus ya," ujar Liliyana.
"Kalau ditanya soal kekalahan paling menyedihkan di tahun 2017 sih nggak ada. Namanya kalah pasti ada rasa kecewa, tetapi untungnya di event-event penting kami bisa dapat gelar. Jadi kekalahan lain cukup terobati," aku Liliyana.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | badmintonindonesia.org |
Komentar