Fenomena Super Blue blood Moon atau gerhana bulan total (GBT) tengah menjadi perbincangan hangat.
Pasalnya fenomena ini terakhir kali terjadi pada 150 tahun lalu.
Fenomena langka ini ternyata juga menjadi perhatian badan tertinggi sepak bola dunia, FIFA.
Melalui Twitter resminya, FIFA memposting foto bulang yang tengah megalami gerhana bulan separuh .
Any games today can expect a special spectator! #SuperBlueBloodMoon pic.twitter.com/EyW52WZ1wl
— FIFA.com (@FIFAcom) January 31, 2018
"Setiap pertandingan hari ini bisa mengharapkan penonton spesial," tulis akun Twitter FIFA.
(Baca Juga: Maret 2018, Lionel Messi Dikabarkan Merumput di Stadion Manchester City)
Indonesia adalah salah satu negara beruntung yang bisa menyaksikan proses gerhana bulan ini.
Tahukah Anda bahwa fenomena Super Blue Blood Moon, menurut perhitungan hanya terjadi 0,042 persen dari keseluruhan purnama atau hanya sekali dalam 2.380 kali purnama (satu kali dalam 192 tahun)?
Berikut adalah beberapa hal yang perlu Anda simak dan ketahui saat menyaksikan fenomena menakjubkan tersebut:
1. Nama Super Blue Blood Moon atau Gerhana Bulan Total (GBT) Perige
Super blue blood moon sendiri adalah julukan yang diberikan oleh Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Hal itu lantaran ada tiga fenomena yang terjadi dalam satu waktu bersamaan.
Mereka adalah super moon yang menandakan bulan berada di posisi sangat dekat dengan bumi, blue moon yang menandakan ini adalah bulan purnama kedua dalam satu bulan, dan blood moon yang menandakan bulan memancarkan warna merah darah.
Namun, terjadi perdebatan dalam penggunaan istilah tersebut. Hal itu dilandasi oleh perbedaan cuaca dan wilayah yang sangat mungkin membuat citra bulan nanti malam terlihat berbeda di beberapa wilayah.
Rukman Nugraha, peneliti dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), menyarankan untuk menyebut fenomena malam INI sebagai GBT perige saja.
"Memang terjadi gerhana bulan total saat bulan berada di posisi terdekatnya dengan bumi (perige)."
"Blue moon-nya? Terserah saja (mau disebut apa). Blue moon, green moon, bulan-bulanan juga boleh kok," tulis Rukman lewat laman Facebook-nya.
2. Waktu dan Tempat Terbaik Menonton Fenomena Ini di Indonesia
Menurut BMKG, gerhana bulan akan mulai terjadi pada pukul 17.49 WIB dan masuk gerhana total pukul 19.51 WIB.
Puncak gerhana akan terjadi pada pukul 20.29 WIB dan gerhana total berakhir pada pukul 21.08 WIB.
Seluruh wilayah Indonesia pada dasarnya dapat menyaksikan fenomena Super Blue Blood Moon ini asalkan langit malam cerah.
Selain itu, bila langit cerah, BMKG memperkirakan wilayah Indonesia bagian tengah dan timur dapat menikmati seluruh fase gerhana bulan.
3. Cara Menikmati dan Mengabadikan Momen
Fenomena super blue blood moon atau GBT perige dapat diamati dengan mata telanjang.
Jika Anda ingin mengabadikan momen nanti malam, alangkah baiknya untuk mempersiapkan kamera DSLR dengan lensa telefoto berukuran 300 mm atau menggunakan telescope-ring adapter untuk menyambungkannya ke kamera.
Selain itu, kamera smartphone yang ditambah adapter untuk memperbesar gambar juga bisa menjadi solusi.
Akan lebih bagus lagi jika fenomena nanti malam dibidik dengan menggunakan kolase berurutan dari awal masuk gerhana total, puncak gerhana, hingga akhir gerhana.
4. Waspadai akibat Super Blue Blood Moon
BMKG mengimbau sejak beberapa hari lalu agar daerah yang berada di dekat pelabuhan maupun pesisir meningkatkan kewaspadaan.
Sebab, posisi bumi yang sejajar dengan matahari dan bulan mengakibatkan gravitasi bulan dan matahari tenrintegrasi, sehingga pasang air laut menjadi maksimal.
Perubahan muka air laut tersebut akan terjadi di sejumlah tempat, antara lain di Sumatra Utara, Sumatra Barat, selatan Lampung, utara Jakarta, utara Jawa Tengah, utara Jawa Timur, dan Kalimantan Barat.
"Kami minta untuk diwaspadai karena fenomena super blue blood moon dapat mengganggu transportasi akibat adanya rob atau pasang maksimum, dan juga dapat mengganggu aktivitas petani garam, perikanan darat, serta kegiatan bongkar muat di pelabuhan," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.
5. Indonesia Beruntung Bisa Menikmati Super Blue Blood Moon
Beberapa bagian dunia tidak bisa secara langsung menyaksikan peristiwa astronomi spektakuler tersebut. London dan Afrika Selatan, misalnya, tidak kebagian jatah melihat super blue blood moon sedikit pun.
Ada pula negara yang justru menikmati fenomena ini bukan pada malam hari, melainkan pada pagi hari, seperti bagian barat Amerika Utara, Alaska, dan Kepulauan Hawaii.
Nah, Indonesia dan beberapa negara di Timur Tengah, Asia, Rusia Timur, Australia, dan Selandia Baru termasuk yang beruntung karena bisa menyaksikan fenomena ini secara maksimal.
6. Manfaat Super Blue Blood Moon untuk Ilmuwan
Mutoha Arkanuddin, astronom amatir dari Jogja Astro Club, mengatakan kepada Kompas.com, Rabu (31/1/2018), bahwa ada banyak manfaat yang bisa digali dari fenomena nanti malam.
Hal itu antara lain pengukuran skala Danjon untuk warna gerhana, mengetahui seberapa dekat jarak faktual antara bumi dan bulan saat fase gerhana total terjadi, meninjau delta-T, yakni selisih antara waktu terhitung dan waktu faktual, juga untuk mengamati perilaku binatang malam.
"Juga dapat dilakukan penelitian tentang permukaan bulan saat gerhana karena bulan mengalami perubahan temperatur yang sangat cepat saat gerhana. Kita bisa tahu apa dampaknya terhadap geologi bulan itu sendiri," ujarnya.
7. Tak Hanya Super Blue Blood Moon yang Terlihat di Langit
Mutoha pun berkata bahwa jika langit cerah, sejumlah benda langit lain juga dapat terlihat.
"Di bagian langit sisi timur, kita bisa lihat Sirius, si bintang paling terang. Lalu, Pollux-Castor bintang di rasi Gemini, Canopus, Capella, juga Aldebaran," kata Mutoha, Selasa (30/1/2018).
Mutoha menambahkan, rasi Orion atau Waluku juga terlihat dengan formasi bintangnya 2-3-2, artinya 3 bintang, yaitu Mintaka-Alnilam-Alnitak, diapit 2 bintang di sebelah kiri Bellatrix-Betegeuse, dan 2 bintang di kanan Rigel-Saiph.
Sementara itu, jumlah bintang di langit barat tak banyak yang bisa dilihat karena pengaruh cahaya bulan.
Dia menambahkan, milky way atau sabuk galaksi bimasakti mungkin bisa terlihat di atas posisi bulan yang membentang dari selatan ke utara melewati rasi bintang Orion.
Editor | : | Taufik Batubara |
Sumber | : | kompas.com, Twitter.com/FIFAcom |
Komentar