Jika dilihat dari kacamata sains, proyek Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) dalam mendatangkan dan mewarganegarakan sepuluh pebasket Afrika terbilang nekat.
Pasalnya, Perbasi tak melalui pengecekan medis secara maksimal, sebelum benar-benar merekrut sepuluh pebasket Afrika tersebut.
Ketua Umum Perbasi Danny Kosasih berencana terbang ke Mali, Afrika Barat, pada awal April 2018 untuk memulai misi perekrutan pemain.
Di Mali, telah menunggu seorang agen dengan para pebasket dari beberapa negara Benua Afrika.
Perbasi berencana membawa seorang dokter untuk menguji kesehatan pebasket Afrika itu.
"Kami akan cari dokter ahli kesehatan dan fisik. Kami minta dokter memastikan agar pebasket yang kami inginkan tak terjangkit HIV," kata Danny, kepada BolaSport.com.
Rencananya, Danny dan tim akan berada di Mali selama dua hari saja.
(Baca juga: Pro-Kontra Mega Proyek Basket Indonesia - Perbasi Warganegarakan Sepuluh Orang Afrika untuk Timnas)
Mendengar hal tersebut, dokter olahraga, Andi Kurniawan, khawatir. Menurut dia, sebaiknya Perbasi tak hanya mengecek darah saja, melainkan menempuh pendekatan sains lebih dalam sebelum resmi merekrut para pebasket Afrika itu.
"Ada metode medis yang disebut identifikasi bakat. Dengan cara itu, kita bisa tahu apakah pebasket ini punya potensi menjadi pebasket andal atau tidak. Semuanya bisa dilihat lebih dulu, agar Perbasi tak membeli kucing dalam karung," katanya kepada BolaSport.com.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar