Dua Mantan Pelatih Bulu Tangkis Ini Bagaikan Pengkhianat Bangsa bagi Malaysia

Dua mantan pelatih bulu tangkis Malaysia, Tan Kim Her dan Wong Tat Meng, akan menjadi "pengkhianat" yang menghancurkan harapan Malaysia pada turnamen Commonwealth Games 2018.

Bagaimana tidak, keduanya mampu mengembangkan potensi pemain bulu tangkis dari negara lainnya setelah tidak lagi melatih di Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia (BAM).

Tan Kim Her saat ini menjadi pelatih ganda putra India, sementara Wong Tat Meng adalah direktur pelatihan di Skotlandia.

Tan bergabung dengan Asosiasi Bulu Tangkis India pada tahun 2015 dan berjasa dalam kesuksesan ganda putra India, Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty, yang kini berada di peringkat 21 dunia.

(Baca Juga: Tyson Fury Sebut Pertarungan Anthony Joshua Kontra Joseph Parker seperti Pertandingan antara 2 Gelandangan)

Kehadiran Satwiksairaj/Chirag diprediksi akan memupus dominasi Malaysia pada turnamen Commonwealth Games 2018 yang akan digelar di Gold Coast, Queensland, Australia, 4-15 April mendatang.

Sementara itu, laju Malaysia di ajang tersebut juga terancam dengan kehadiran Wong di tim Skotlandia.

Sebagai seorang pelatih, Wong mampu mendorong salah satu tunggal putri Skotlandia menjadi bintang dunia.

Adalah peraih medali perak Commonwealth Games 2014, Kirsty Gilmour, yang kini menjadi anak asuh dari Wong.

"Sudah setahun sejak saya bergabung dengan Skotlandia dan saya merasa pekerjaan saya cukup menarik. Itu bukan menjadi pelatih individu, melainkan mengawasi tim nasional," kata Wong dikutip BolaSport.com dari The Star.

(Baca Juga: Ingat Pevoli Paling Cantik Sedunia Bernama Sabina Altynbekova? Begini Nasibnya Sekarang)

"Di edisi terakhir, Skotlandia berhasil memenangkan satu perak (tunggal putri) dan satu perunggu (ganda campuran) dan di tahun ini, kami ingin merebut medali lagi," lanjut mantan pelatih bulu tangkis tunggal putri Malaysia.

Walaupun dihadapkan pada tantangan-tantangan pemain dari negara lain, Malaysia sudah menetapkan target khusus.

Tim bulu tangkis Malaysia menargetkan raihan tiga medali emas pada Commonwealth Games 2018.

 

Jika proyek Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) dalam merekrut dan mewarganegarakan sepuluh pebasket U15 Afrika berjalan lancar, mereka dipastikan telah melakukan pelanggaran hukum. Alasannya, tak ada undang-undang yang dapat menjadi pijakan hukum dalam proses perekrutan tersebut. Jika memang ingin merekrut pebasket asing di bawah 18 tahun, Perbasi harus melalui skema pemilihan warga negara. Namun, itu tak mungkin dilakukan karena proses pemilihan warga negara hanya diperbolehkan bagi warga negara asing hasil kawin campur. Apa pendapat kalian? #Basket #Perbasi #Olimpik

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on Apr 1, 2018 at 5:15am PDT