Baca berita tanpa iklan. Gabung Bolasport.com+

Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Di Mata Icuk Sugiarto, PP PBSI Sudah Lakukan Ketidakadilan

By Nugyasa Laksamana - Selasa, 29 Mei 2018 | 15:59 WIB
Mantan atlet bulu tangkis Indonesia, Icuk Sugiarto
Dok. Kompas.com
Mantan atlet bulu tangkis Indonesia, Icuk Sugiarto

Prestasi Icuk Sugiarto sebagai pebulu tangkis tunggal putra era 80-an tak perlu diragukan lagi dengan berbagai gelar juara bergengsi yang sukses ia persembahkan untuk Indonesia.

Pria asal Solo, Jawa Tengah itu berkontribusi mengantarkan Indonesia menjuarai Piala Thomas 1984, Piala Sudirman 1989, meraih medali emas Asian Games 1982, dan satu gelar juara dunia bulu tangkis 1982.

(Baca juga: Skuat Malaysia pada Piala Thomas 2018 Dituduh Tak Punya Semangat)

Kini, usia Icuk sudah menginjak angka 55 tahun, dan sampai saat ini dia masih mengikuti perkembangan bulu tangkis nasional, mulai dari atlet hingga kepengurusan badan cabang olahraganya.

Di mata Icuk Sugiarto, ada yang salah dari kebijakan Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) saat ini, terutama dalam menentukan skuat Piala Thomas dan Uber 2018.

Terlepas dari hubungannya dengan Tommy Sugiarto (pemain tunggal putra non-pelatnas) sebagai ayah dan anak, Icuk menilai PP PBSI sudah melakukan ketidakadilan.

Menurut pandangan Icuk, Tommy masih layak memperkuat tim putra Indonesia pada Piala Thomas 2018 karena belum ada satupun dari empat pemain tunggal putra pelatnas yang bisa mengalahkannya.


Pebulu tangkis nasional, Tommy Sugiarto, mengembalikan kok kepada pemain senegaranya, Anthony Sinisuka Ginting, pada semifinal Thailand Masters 2017 di Nimibutr Stadium, Sabtu (11/2/2017).(BADMINTON INDONESIA)

Keempat pemain tunggal putra yang dimaksud adalah Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, Ihsan Maulana Mustofa, dan Firman Abdul Kholik.

Teranyar, Tommy memang disingkirkan Jonatan pada perempat final New Zealand Open 2018, tetapi hanya melalui retired karena Tommy mengalami cedera.

"Terus terang, bukan karena kebetulan Tommy Sugiarto anak saya, tetapi terlihat PBSI sudah melakukan ketidakadilan dan melakukan penzaliman atas hak-hak atlet," kata Icuk saat ditemui BolaSport.com dan para awak media di Rumah Dinas Menpora, di Widya Chandra, Jakarta, Senin (28/5/2018).

"Dari segi peringkat dunia, Tommy menempati posisi ke-25 dunia. Kalau dibandingkan dengan pemain tunggal ke-3 dan ke-4, di sini terlihat PBSI sudah tidak adil," tutur Icuk.

Icuk Sugiarto berpendapat bahwa faktor non-teknis turut berpengaruh terhadap keberhasilan tim bulu tangkis Indonesia di panggung internasional.

Seandainya saja, kata Icuk, PBSI bisa bersikap lebih adil dan bijak, tim bulu tangkis Indonesia diyakini akan mendapatkan keberkahan dan dilancarkan dalam setiap usahanya.

"Bagaimana Allah akan memberkahi perjuangan Indonesia?" kata Icuk dengan mimik wajah serius.

"Menjelang Piala Thomas 2018, PBSI sudah melakukan kebijakan yang tidak adil, sudah membuat keputusan yang tidak bijak, sehingga pada akhirnya itulah yang dicapai tim Indonesia," tutur dia.

(Baca juga: Pelatih Jepang Ungkap Alasan Merombak Nomor Ganda pada Final Piala Thomas 2018)

Untuk ke depannya, Icuk berharap PBSI tak abai terhadap potensi atlet-atlet bulu tangkis yang ada di luar pelatnas.

Dia berargumen, selama PBSI masih memakai anggaran negara dalam berbagai ajang olahraga, semua pemain Indonesia, baik pelatnas dan non-pelatnas, layak untuk dipertimbangkan.

"Semua anak bangsa, tanpa terkecuali, kalau memang menunjukkan prestasi terbaik, sewajarnya bisa mewakili Indonesia. Itulah yang harus diperlihatkan oleh pimpinan-pimpinan di PBSI," ucap Icuk.

"Jangan sampai ada kepentingan kelompok yang pada akhirnya mengorbankan Indonesia," kata Icuk Sugiarto

Pada sisi lain, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Susy Susanti menyatakan bahwa pemilihan skuat Piala Thomas dan Uber 2018 didasari oleh segi usia dan kebersamaan di pelatnas.

Dari segi usia, Firman jelas lebih muda daripada Tommy atau pemain tunggal putra non-pelatnas lainnya seperti Sony Dwi Kuncoro.

Kemudian dari segi kebersamaan di pelatnas, Susy berpendapat pemain yang berada di pelatnas lebih terpantau.

"Kondisi di dalam (pelatnas) lebih kondusif dan terpantau. Kalau di luar kami tak tahu seperti apa," ucap Susy Susanti menjelaskan.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Doddy Wiratama
Sumber : BolaSport.com

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Klasemen

Klub
D
P
1
Liverpool
16
39
2
Chelsea
17
35
3
Arsenal
17
33
4
Nottm Forest
17
31
5
Bournemouth
17
28
6
Aston Villa
17
28
7
Man City
17
27
8
Newcastle
17
26
9
Fulham
17
25
10
Brighton
17
25
Klub
D
P
1
Persebaya
16
37
2
Persib
15
35
3
Persija Jakarta
16
28
4
PSM
16
27
5
Borneo
16
26
6
Dewa United
16
25
7
Arema
16
25
8
Bali United
15
24
9
Persik
16
24
10
Persita
16
24
Klub
D
P
1
Atlético Madrid
18
41
2
Real Madrid
18
40
3
Barcelona
19
38
4
Athletic Club
19
36
5
Villarreal
18
30
6
Mallorca
19
30
7
Real Sociedad
18
25
8
Girona
18
25
9
Real Betis
18
25
10
Osasuna
18
25
Klub
D
P
1
Atalanta
17
40
2
Napoli
17
38
3
Inter
16
37
4
Lazio
17
34
5
Fiorentina
16
31
6
Juventus
17
31
7
Bologna
16
28
8
Milan
16
26
9
Udinese
17
23
10
Roma
17
19
Pos
Pembalap
Poin
1
J. Martin
508
2
F. Bagnaia
498
3
M. Marquez
392
4
E. Bastianini
386
5
B. Binder
217
6
P. Acosta
215
7
M. Viñales
190
8
A. Marquez
173
9
F. Morbidelli
173
10
F. Di Giannantonio
165
Close Ads X