Bandara di Jepang dilaporkan tengah berjuang mempertahankan kecukupan jumlah pengawas sebelum Piala Dunia Rugby 2019, Olimpiade, dan Paralimpiade Tokyo 2020.
Seperti dilansir Insidethegamez dari Kyodo News, diberitakan bahwa banyak staf keamanan di bandara meninggalkan posisi mereka karena upah rendah dan jam kerja yang panjang.
Hal ini mendorong meningkatnya kekhawatiran terhadap terorisme dan gangguan keamanan sebelum dua acara olahraga terbesar itu digelar.
Karena itu, permintaan untuk staf keamanan meningkat karena jumlah turis asing ke Jepang mencapai rekor tertinggi.
"Kami menghadapi masalah serius, di mana 20 hingga 30 persen petugas keamanan yang bekerja di garis depan keamanan bandara mengundurkan diri," kata Presiden dan Kepala Eksekutif Narita International Airport Corp, Makoto Natsume yang dilansir BolaSport.com dari Insidethegamez.
Kekurangan personel keamanan sudah terjadi sebelum Jepang menjadi tuan rumah Piala Dunia Rugby 2019 dan Olimpiade Tokyo 2020.
"Menjelang 2020, keamanan angkatan kerja baik dari segi kualitas dan kuantitas merupakan masalah serius," ujar Natsume.
"Saya ingin mengurangi jumlah orang yang keluar dari pekerjaan dengan memperbaiki kondisi kerja mereka. Tetapi, kami tidak dapat melakukannya dengan satu perusahaan saja. Bandara secara keseluruhan perlu punya pengawas," aku Natsume.
(Baca juga: Jadi Kepala Staf Kepelatihan yang Baru, Pria Ini Ingin Kurangi Jumlah Pemain di Pelatnas)
Menurut Natsume, kemajuan dalam hal teknologi dan robotik dapat menutupi kekurangan tenaga kerja di bidang keamanan.
"Tetapi pada akhirnya, kami membutuhkan kekuatan manusia untuk memberikan pelayanan yang aman dan nyaman," ucap Natsume.
Data Kementerian Perhubungan Jepang mencatat adanya peningkatan sebesar 20 persen dari 2011 hingga 2015 dalam jumlah pendaratan di bandara Jepang.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | insidethegamez.biz |
Komentar