"Kami dari Inapgoc sudah berusaha berkomunikasi dengan semua pihak. Namun, kami enggak mungkin jalan sendiri karena ini di luar otoritas kami. PT Angkasa Pura kan yang punya wewenang di bandara," ucap dia.
Okto menjelaskan, ada beberapa alternatif lain untuk mengatasi persoalan minimnya jumlah lift difabel di Bandara Soekarno-Hatta.
(Baca juga: Tidak Terkalahkan di Piala Thomas 2018, Kento Momota Semakin Dekat dengan Peringkat 10 Besar Dunia)
Akan tetapi, yang menjadi kendala utamanya adalah ketersediaan waktu. Oleh karena itu, Okto berharap semua instansi bisa duduk bersama untuk mencari solusi terbaik.
"Bisa saja install lift baru atau portable, tetapi masalahnya ada cukup waktu atau tidak? Kemudian bisa saja mengubah tangga jalan menjadi travelator, tetapi lagi-lagi apakah ada waktu? Soalnya kan itu pekerjaan infrastruktur," tutur Okto.
"Ada cara lain lagi, yakni menggunakan forklift untuk penjemputan kloter besar. Namun, apakah forklift-nya ada? Kami khawatir, jangan sampai mereka (PT Angkasa Pura) pikir tak ada masalah, tetapi kemudian saat APG 2018 justru Inapgoc yang disalahkan," kata Raja Sapta Oktohari.
Sementara itu, test event APG 2018 yang akan diselenggarakan pada akhir Juni nanti bakal melibatkan 408 atlet dari 13 negara Asia.
Mereka akan bertanding dalam lima cabang olahraga yakni tenis meja, basket kursi roda, para-atletik, bulutangkis, dan para-swimming.
Pada test event tersebut, mereka tak cuma memperebutkan medali, tetapi juga tiket menuju Paralimpiade Tokyo 2020 karena ada beberapa cabang olahraga yang menjadi sesi kualifikasi.
Editor | : | Doddy Wiratama |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar