Fazilla pun tahu adik tersayangnya bercita-cita ingin menjadi Kopassus.
Keinginan itulah yang membuat sang adik terus berjuang dan mengikuti berbagai lomba lari dari ujung timur ke ujung barat Indonesia, bahkan luar negeri.
Siang itu, warga yang berkumpul di depan rumah Zohri menonton tayangan kemenangan Zohri di YouTube. Fazilla melayani warga yang penasaran, terutama para orang tua. Meski sudah berkali-kali menyaksikannya, mereka tetap tak bosan menonton aksi Zohri.
Mereka bahkan berkali-kali berteriak saat Zohri menembus garis finis. “Anakku, ya Allah menang dia ya Allah. Terima kasih Nenek Kaji (Tuhan Semesta Alam).
Syukur dia menang jadi juara dunia. Sudah terlalu lama dia hidup menderita dan serba kekurangan,” ucap Baiq Fatimah.
Tangisan para tetangga dan saudara Zohri meledak saat mereka kembali menyaksikan tayangan di YouTube.
Fatimah bercucuran air mata mengenang Zohri yang telah yatim piatu.
Dia menangis ketika menceritakan betapa sulitnya keponakannya itu mendapatkan uang membeli sepatu. “Karena tak mau merepotkan kami, dia memilih tak pakai sepatu sekolah SMP, banyak yang mau belikan. Tapi dia keras, selalu menolak, dasar Badoq,” katanya.
Fatimah juga menuturkan bahwa saat duduk di bangku SMP, Badoq alias Zohri kerap malas pergi ke sekolah.
Mungkin karena sekolah di Mataram jauh dari rumah di Lombok Utara.
Editor | : | Muhammad Shofii |
Sumber | : | kompas.com |
Komentar