Kejuaraan Dunia 2018 yang berlangsung 30 Juli-5 Agustus lalu, memunculkan banyak peristiwa tak terduga dalam sejarah bulu tangkis dunia.
Beberapa favorit juara ada yang gagal meraih target, sementara pebulu tangkis yang tidak diunggulkan malah menunjukkan penampilan cemerlang. Berikut beberapa catatan kejuaraan dunia seperti yang dilansir BolaSport.com dari The Star.
1. Jepang Jadi Kekuatan Bulu Tangkis Baru
Supremasi dan dominasi bulu tangkis China telah berkurang. Jepang yang kini dipimpin oleh pelatih kepala asal Korea Selatan, Park Joo-bong, telah menampilkan Jepang sebagai kekuatan baru.
Hal ini terbukti setelah Negeri Matahari Terbit mendulang dua gelar setelah tiga wakilnya menembus partai puncak.
Pasangan Takeshi Kamura/Keigo Sonoda, nyaris menciptakan sejarah sebagai ganda putra pertama Jepang yang meraih gelar juara dunia.
Namun, upaya mereka gagal setelah kalah dari Li Junhui/Liu Yuchen (China) pada babak final.
(Baca juga: Dua Wakil Malaysia Ini Berpeluang Tampil pada Asian Games 2018 Setelah Hasil Positif pada Kejuaraan Dunia)
Tunggal putra dan dominasi ganda putri Jepang membuat mereka harus diperhitungkan dalam persaingan bulu tangkis dunia dalam waktu dekat.
2. Shi Yuqi di Bawah Bayangan Senior
Tekanan berada di pundak pebulu tangkis tunggal putra China, Shi Yuqi, untuk menunjukkan kepada dunia bahwa dia siap mengambil alih posisi Lin Dan dan Chen Long sebagai juara dunia.
Namun, pemain berusia 22 tahun itu gagal mewujudkan ambisi tersebut setelah kalah dari Kento Momota (Jepang) pada babak final di hadapan pendukung tuan rumah.
Para penggemar China sangat ingin melihat Shi Yuqi menjadi juara setelah pemain muda lainnya, Huang Yuxiang dan Qiao Bin bahkan tidak masuk dalam daftar 30 besar dunia
Shi saat ini berada di peringkat ketiga dunia dan telah mengangkat trofi juara All England, tetapi ia baru bisa disamakan dengan dengan Lin Dan dan Chen Long jika ia memenangi gelar juara dunia dan Olimpiade.
3. Carolina Marin Raih Gelar Juara Dunia Ketiga
Kompetisi tunggal putri akan menjadi lebih menarik setelah wakil Spanyol, Carolina Marin, menunjukkan bahwa dia kembali pada performa terbaiknya dengan mengamankan gelar juara dunia untuk kali ketiga.
Tahun ini, peringkat nomor satu dunia tunggal putri, Tai Tzu-ying (Taiwan) mengakhiri rekor tidak terkalahkan dalam 31 pertandingan setelah dikalahkan He Bingjiao pada babak perempat final.
Sementara itu, wakil Jepang, Nozomi Okuhara dan Akane Yamaguchi, tersingkir lebih awal.
Marin yang saat ini menduduki peringkat kedelapan dunia menunjukkan bahwa ia telah menemukan kembali bentuk permainan terbaiknya setelah menjadi yang terbaik pada Kejuaraan Dunia 2015 dan 2016 dengan mengalahkan saingan berat Pusarla Venkata Sindhu (India) di final.
Sekarang kepercayaan dirinya pulih dan Marin berpeluang untuk merebut kembali tempat nomor satu dunia.
4. Ganda Putri Jepang Mendominasi
Ganda putri Jepang menguasai kejuaraan dunia yang berlangsung di Nanjing ketika tiga dari empat pasangan ganda putri Jepang berhasil mencapai semifinal.
Pasangan Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara, yang menempati peringkat terendah di antara ganda putri Jepang lainnya, muncul sebagai pemenang setelah menang atas peraih medali perak kejuaraan dunia 2017, Yuki Fukushima/Sayaka Hirota.
Raihan tersebut mengakhiri dominasi ganda putri China yang bertahan selama 21 tahun dalam kejuaraan dunia.
Performa cemerlang ganda putri Jepang itu tidak mengejutkan karena mereka telah mengikuti kompetisi internasional sejak Januari 2018. Mereka mengantongi 11 gelar dari 19 turnamen di turnamen Tur Dunia sejauh ini.
Ada sebanyak enam pasang ganda putri Jepang yang lolos 15 besar dunia, dengan tiga pasang masuk dalam jajaran lima besar dunia. Fukushima/Hirota menjadi wakil ganda putri dengan posisi unggulan tertinggi pada kejuaraan dunia.
5. Korea Pulang dengan Tangan Kosong untuk Pertama Kali sejak 1980
Tim nasional bulu tangkis Korea Selatan yang dulunya merupakan kekuatan besar, terutama di nomor ganda, mengalami pertandingan terburuk mereka pada kejuaraan dunia setelah gagal memenangi satu medali untuk pertama kalinya sejak 1980 di Jakarta.
Tunggal putra mereka, Son Wan-ho, yang mendapat medali perunggu di Glasgow tahun lalu, mundur karena mengalami cedera saat latihan.
Tunggal putri Korea, Sung Ji-hyun, yang meraih medali perunggu di Jakarta pada 2015, dan ganda putri Lee So-hee/Shin Sheung-chan hanya bisa mencapai perempat final.
Bulu tangkis Korea mengalami kemunduran drastis setelah ditunggalkan para pemain top mereka yang pensiun setelah Olimpiade Rio 2016.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | The Star |
Komentar