Wishnutama harus rela membongkar gunung buatan hasil kerja kerasnya bersama tim untuk opening ceremony Asian Games 2018.
Suguhan kemegahan dan kemewahan pada upacara pembukaan Asian Games 2018 tidak dapat berlama-lama dinikmati oleh Wishnutama.
Pasalnya setelah acara pembukaan selesai, pria berusia 42 tahun harus rela melihat karya yang dibuat bersama rekan-rekannya dibongkar.
Gunung buatan yang menghiasi panggung acara pembukaan itu dibongkar.
Hal itu dikarenakan Stadion Utama Gelora Bung Karno akan segera dijadikan lapangan atletik.
(Baca juga: Kemenangan Timnas U-23 Indonesia Mendapat Sorotan dari Perempuan Ini)
Melalui sebuah tulisan yang diunggah pada akun Instagram pribadi, direktur salah satu televisi swasta itu mengungkapkan perasaanya.
"Pada saat banyak orang memposting gambar2 indah panggung ini semalam, justru kami harus kerja keras membongkar panggung yang luar biasa menopang acara semalam," tulis Wishnutama.
Suami dari Gista Putri ini juga menjelaskan berapa banyak waktu yang diberikan untuk membongkar karya tersebut.
"Membongkar panggung yang luar biasa menopang acara semalam dalam waktu 60 jam untuk dijadikan lapangan atletik," tulis dia lagi.
(Baca juga: Begini Cara Iko Uwais Ajari Bintang Mile 22 Bela Diri)
Perlu diketahui bahwa gunung buatan itu mempunyai beban 600 ton, dan berisi 150 ribu liter air dan juga gas didalammnya.
Selain itu objek buatan tersebut juga berguna untuk menyimpan para penari, penyanyi dan juga peralatan.
Wishnutama juga menyampaikan rasa terima kasihnya untuk panggung dan juga gunung buatan tersebut.
Tidak lupa dia juga mengucapkan salam perpisahan untuk hasil karyanya itu.
(Baca juga: Apresiasi Dukungan Suporter, Luis Milla: We Are Indonesia!!!)
"Terima kasih sudah menjadi bagian penting dari acara. Bye Bye gunung," tulis Wishnutama.
Dibalik itu, Wishnutama mengaku ide pembuatan gunung buatan itu tercetus karena keterbatasan yang dimiliki oleh Stadion Utama Gelora Bung Karno.
'Karena GBK dibangun tahun 1962, kalau kita bicara soal stadion jaman sekarang atapnya bisa menopang 70-100 ton keatas, kalau kita jauh lebih dibawah itu bebanya sehingga segala sesuatu tidak bisa digantung diatas, jadi kita harus bisa mengakali secara kreatif bagaimana beban yang harus ada di atap," ujar Wishnutama.
"Contohnya lightening, trs untuk gantung sling, sound, terus projeksion itu tidak ditaruh diatas, tapi idealnya kan harus diatas, itu menjadi tantangan kita sehingga tercetuslah ide gunung tersebut," imbuhnya.
(Baca juga: Imam Nahrawi: Asian Games 2018 Lampaui Asian Games 2014)
Editor | : | Aditya Fahmi Nurwahid |
Sumber | : | instagram.com/wishnutama |
Komentar