Relawan Asian Games 2018 mendapatkan apresiasi tinggi dari media asing, South China Morning Post.
Pujian itu dilayangkan oleh reporter South China Morning Post (SCMP), Nazvi Careem kepada 13 ribu volunteer.
Ia memuji kerja keras dan keramahan para relawan yang bertugas di Jakarta dan Palembang sebelum dan selama Asian Games 2018.
"Mereka pemuda-pemudi yang berkeringat di bawah matahari menggelora, tidak ada hujan mengguyur selama dua minggu penyelenggaraan," tulisnya seperti dikutip BolaSport dari situs SCMP.
"Para volunteer menjawab berbagai pertanyaan, memberikan arah, mengorganisasi bus dan makan dari nasi kotak lama sebelum Asian Games resmi dibuka," tambahnya.
Ia menulis juga tentang bagaimana masalah tetap terjadi di lapangan. Nazvi menulis contoh spesifik tentang bagaimana para volunteer terkadang memberi informasi salah.
Namun, ia juga mengatakan bahwa hal tersebut lumrah terjadi di event internasional.
"Relawan-relawan ini salah satu yang terbaik dan telah memainkan peran penting bagi kesuksesan Asian Games," tuturnya lagi.
Para volunteer memang menjadi salah satu takaran ukuran keberhasilan suatu event.
(Baca Juga: Kiper Keturunan Indonesia Buat Para Penyerang Napoli Mati Kutu)
Relawan Asian Games sebelum kita, yakni di Incheon 2014 mendapat kritik keras dari media mereka sendiri.
Hal ini seperti BolaSport.com kutip dari Korea Times ketika mereka menulis tentang volunteer di Stadion Baseball Mokdong yang meminta tanda tangan di bola-bola yang para pemain Korea pakai untuk latihan.
(Baca juga: 4 Kemenangan Beruntun Bukan Tanda Liverpool Akan Juara Liga Inggris)
Ketika itu, mereka dihentikan oleh panitia karena bola resmi tersebut digunakan selama Korea latihan sehingga tidak boleh dibawa keluar stadion.
"Banyak relawan sibuk mengejar tanda tangan pemain. Para pemain harus melakukan banyak hal sesuai jadwal," ujar manajer timnas bisbol Korea, Ryu Joong-il.
"Mereka bukan relawan dan tidak mendapat instruksi tepat."
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | scmp.com, koreatimes.co.kr |
Komentar