Dunia pendidikan harus dapat mendamaikan konsep nilai dengan kebutuhan seorang murid untuk menguasai bidang mereka. Hal ini penting apabila suatu sekolah ingin murid-murid mereka terampil di dunia eSports, yang akan menjadi industri besar di Tanah Air.
Hal tersebut disampaikan oleh Yohannes P. Siagian, Kepala Sekolah SMA 1 PSKD Jakarta, kepada BolaSport.com di sela-sela acara peluncuran liga eSports pertama untuk para pelajar SMA di seluruh Indonesia, High School League 2018.
Ia menjawab tentang pembagian waktu murid-muridnya antara belajar dan bermain game agar dapat kompetitif dalam dunia eSports.
"Tidak ada angka pasti berapa. Pemain eSports profesional bisa latihan 8-10 jam sehari, mustahil kami lakukan itu di dunia pendidikan," tutur Yohannes, yang telah tiga tahun menerapkan eSports bukan sebagai ekstrakurikuler tetapi bagian dari pembelajaran di PSKD.
"Semua balik ke sang anak. Kami memberi kebijakan luas, tetapi nilai harus diperhatikan," ujarnya.
Di PSKD, anak-anak mendapat bimbingan lebih erat dalam menyeimbangi antara pelajaran dan berlatih game.
Hal ini ia utarakan karena setiap individu berbeda dalam menangkap materi, ada yang lebih cepat menangkap pelajaran dan ada yang perlu waktu lebih lama.
"Pengajar mesti dapat mengenali masing-masing anak dan hands on dengan mereka. Kita harus terus pantau tiap anak, jika nilainya mulai menurun waktu mereka untuk bermain eSports akan kita kurangi," tuturnya.
Ia menambahkan bahwa peran pengajar akan sangat penting dalam pemantauan ini karena mereka yang menghabiskan waktu lebih banyak bersama anak-anak setiap harinya.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar