Sprinter putri Indonesia, Dedeh Erawati, memastikan tempat di semifinal 200 meter kategori usia 35-39 tahun di Kejuaraan Dunia Masters Atletik 2018 di Stadion La Universidad de Malaga, Spanyol yang akan digelar pada Minggu (9/9/2018).
Sprinter putri Indonesia, Dedeh Erawati, memastikan tempat di semifinal 200 meter kategori usia 35-39 tahun di Kejuaraan Dunia Masters Atletik 2018 di Stadion La Universidad de Malaga, Spanyol yang akan digelar pada Minggu.
Ia yakin akan menghadapi persaingan ketat di babak semifinal. Lantas, siapa saja sprinters lain yang mampu menyulitkan Dedeh?
Pertama, ialah Carolina Garcia Garzon. Ia merupakan sprinter Spanyol yang menduduki posisi pertama di heat yang sama dengan Dedeh. Jika Dedeh mencatatkan waktu 27,14 detik, Garzon menduduki posisi pertama dengan 26,38 detik.
Meski Dedeh sengaja tidak mengeluarkan seluruh kemampuannya dalam babak kualifikasi tersebut, Garzon tetap layak dianggap sebagai pesaing. Pasalnya, itu bukan kali pertama kedua sprinter itu bertemu.
(Baca Juga: Cristiano Ronaldo Ajak Luka Modric Bertemu usai Dikalahkan sebagai Pemain Terbaik Eropa)
Mereka pernah bersaing di Kejuaraan Dunia Master 2016 di Perth, Australia. Kala itu, keduanya menjadi yang paling terdepan dalam final nomor 200 meter dengan 25,27 detik. Sayangnya, waktu itu, Carolina ditetapkan sebagai pemenang karena berhasil finis dengan badan bagian atas yang condong. Sementara Dedeh, masuk ke garis finis lebih dulu oleh kaki.
Selain Garzon, ada pula nama Lucy Evans yang tengah menjalani debutnya di Kejuaraan Dunia Masters Atletik. Nama pelari Inggris itu kini menjadi ancaman semua sprinter, karena berhasil menggondol emas di nomor lari 100 meter putri Kejuaraan Dunia Masters 2018 pada Kamis (6/9). Di Stadion Ciudad de Malaga.
Yang terakhir datang dari Irlandia, yakni Snezana Bectina, yang menuntaskan heat lima dengan catatan waktu 26,15. Ia masuk dalam tiga besar pesaing, karena terlihat berlari dengan baik selama melakoni kualifikasi.
Meski tidak menjadi yang terbaik selama babak kualifikasi, Dedeh dan pelatihnya, Fahmy Fachrezzy, tidak merasa kecewa. Sebaliknya, mereka malah bersyukur dengan hasil tersebut.
(Baca Juga: Cristiano Ronaldo Tak Lagi Dirindukan di Real Madrid, Ini Alasannya)
“Kami terlihat keluar dari radang persaingan mereka (Ketiga atlet). Jadi, pikiran Dedeh tidak terlalu terbebani dan mampu berlari apik selama tampil di semifinal dan final 200 meter,” ujar Fahmy.
Sprinter yang pernah mewakili Indonesia untuk Olimpiade Beijing 2008 itu tidak muluk-muluk dalam melakoni nomor 200 meter. “Saya berpikir dapat medali perunggu saja sudah lebih dari cukup,” tutur Dedeh.
Seperti diketahui, dalam berbagai kejuaraan, nomor unggulan Dedeh adalah lari 100 meter dan lari 100 meter gawang. Namun, peluang Dedeh untuk menembus posisi satu dan dua di nomor 200 meter Kejuaraan Dunia Masters 2018 masih terbuka lebar.
Pasalnya, kata Fahmy, babak final tidak melulu soal kecepatan, melainkan juga pengontrolan emosi.
“Siapa sprinter yang bisa mengontrol emosinya, dia yang akan menang. Sebab, hanya karena emosi, seorang sprinter bisa kehilangan teknik yang sudah mereka pelajari selama berlatih,” ujar Fahmy.
Editor | : | Aditya Fahmi Nurwahid |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar