Berkembangnya olahraga dari masa ke masa, diiringi dengan berkembangnya sains yang terkait. Di tengah ribuan atlet lalu lalang di Stadion Ciudad de Malaga, ada sekelompok saintis yang bekerja dengan proyek bernama Masters Athletic Field Study 2018.
Mereka adalah utusan Institut Kedokteran Pusat Dirgantara Jerman, yang terbang ke Malaga, Spanyol, untuk penelitian tersebut.
Kepala penelitian, Profesor dr. Jorn Rittweger, mengatakan jika institutnya telah meneliti Masters Atletik sejak Kejuaraan Eropa 2011 di Postdam, Jerman.
Institutnya kerap berubah-ubah materi penelitian di setiap kejuaraan masters.
Kali ini, di Kejuaraan Dunia Masters Atletik 2018 di Malaga, Spanyol, mereka mempelajari perubahan yang terjadi di jaringan ikat otot rangka, sifat pembuluh darah, dimensi dan fungsi jantung, tingkat metabolisme, dan psikologi setiap atlet masters.
Masters merupakan kejuaraan bagi para atlet usia lanjut, sekitar rasio usia 35-100 tahun ke atas. Kejuaraan ini melombakan semua nomor atletik, tanpa kecuali.
"Ide dari penelitian ini tak lain bersumber pada ilmu pengetahuan yang belum memahami peran otot internal pada outputtubuh. Oleh karena itu, kami ingin mempelajari koneksi jaringan, salah satunya pada otot betis dengan objek atlet dari berbagai usia," kata Rittweger kepada TABLOID BOLA dan BolaSport.com, Rabu (12/9/2018).
Saat mengunjungi laboraturium penelitian yang dibangun temporer, BOLA mendapatkan lima pendekatan penelitian. Satu di antaranya adalah berupa alas tempat di mana atlet diminta untuk loncat atau menekan karpet tersebut sekencang-kencangnya.
"Dengan metode itu, kami bisa mengukur kekuatan otot betis yang akan ditampilkan lewat ultrasonografi,” tutur Jorn. Dalam dunia medis, ultrasonografi merupakan diagnostik yang berguna untuk memeriksa organ tubuh manusia.
Modal Semangat
Sejauh ini, Jorn belum bisa menyimpulkan hasil penelitiannya. Kesimpulan sementara, kata dia, seseorang di masa muda lebih baik mengisi keseharian dengan dengan pola makan dan pikiran yang sehat.
"Tujuan penelitan ini tidak lain adalah demi mengembangkan ilmu pengetahuan olahraga. Saya harap hasil penelitian ini dapat membantu atlet-atlet lanjut usia," ujarnya.
Setiap atlet yang berlomba di Kejuaraan Dunia Masters adalah juara. Sementara keping medali adalah bonus dari semua itu.
(Baca juga: Japan Open 2018 - Viktor Axelsen, Peringkat Pertama Dunia, dan Batu Sandungan dari Kento Momota)
Kurang lebih itu yang dibilang Nadia Cunningham, sprinter putri Jamaika, kepada BolaSport.com.
Menurut peraih medali emas nomor lari 100 meter kategori usia 40-44 tahun ini, kejuaraan masters adalah kejuaraan bagi orang dengan semangat berkompetisi yang tak pernah mati.
Sejauh ini, semangat berkompetisi itu pula yang membuat ribuan atlet dari seluruh dunia datang ke setiap Kejuaraan Dunia Masters. Mereka tak pernah diberi pemahaman soal sejauh mana seorang atlet lansia dapat memaksimalkan kemampuannya.
Cunningham berharao penelitian tersebut bermanfaat bagi para peserta dan menambah persaingan di kejuaraan masters.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar