Petenis tunggal putri berkebangsaan Jepang, Naomi Osaka, memilih untuk menangis dibandingkan meluapkan amarahnya setelah final US Open 2018.
Pemain berusaha 20 tahun itu tidak bisa menahan air matanya ketika kemenangan pertama Grand Slam sudah di depan mata.
Meski tidak diunggulkan, Osaka mampu menyabet gelar juara setelah mengalahkan Serena Williams dua set langsung dengan skor 6-2, 6-4.
(Baca Juga: Ini Alasan Mengapa Khabib Nurmagomedov Sangat Termotivasi untuk Menghancurkan Conor McGregor)
Selepas final, Osaka pun tidak mau ikut-ikutan menyalahkan Williams yang sempat bersitegang dengan wasit, Carlos Ramos.
"Saat di final, saya merasa seperti ada begitu banyak emosi yang muncul," kata Osaka dilansir BolaSport.com dari NST.
"Saya tidak bisa benar-benar menunjukkan emosi apapun pada saat itu, saya tidak dapat berkata-kata," lanjutnya.
Perasaan campur aduk yang dialami saat meraih trofi Grand Slam pertamanya lantas membuat Osaka hanya mampu menangis.
Tangisan itu mampu meredam keributan tentang insiden kontroversial Williams dan suka cita Jepang menyabut petenis tunggal putrinya yang merebut Grand Slam untuk pertama kalinya.
(Baca Juga: Kento Momota dan Jalan Panjang Menebus Kesalahan untuk Bulu Tangkis Jepang)
Orang-orang pun kemudian mulai bersimpati kepada sosok Osaka.
"Saya bersyukur bahwa orang-orang masih peduli atau bersimpati, tetapi saat itu saya hanya berpikir bahwa seseorang memiliki cara untuk mengatasi apa yang sedang dialaminya," ungkap OSaka.
Setelah berjaya di US Open 2018, Osaka kembali ke negaranya untuk melakoni turnamen Pan Pacific Open 2018.
Pan Pacific Open 2018 digelar di Tokyo Metropolitan Gymnasium, Tokyo, Jepang, pada 15-23 September 2018.
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | express.co.uk |
Komentar