Ketika masih berusia 11 tahun, Jendi Pangabean mengalami kecelakaan sepeda motor sehingga kaki kirinya harus diamputasi.
Penulis: Melvina Tionardus
Kini, Jendi Pangabean telah berusia 27 tahun dan menjadi perenang difabel level elite Indonesia yang dipersiapkan ke ajang Asian Para Games (APG) 2018 di Jakarta, 6-13 Oktober mendatang.
Semua itu bermula ketika Jendi menekuni olahraga renang yang memang menjadi hobinya sejak kanak-kanak pada tahun 2009.
(Baca juga: Tompi Ikut Berkontribusi dalam Asian Para Games 2018)
Pada Asian Para Games 2018, Jendi akan turun di kelas S9.
Dia bakal tampil di nomor 50 meter dan 100 meter gaya bebas, 100 meter gaya kupu-kupu, dan 100 meter gaya punggung.
Nomor 100 meter gaya punggung akan menjadi spesialisasi Jendi.
Selain itu, ia juga bakal turun pada dua nomor estafet 4x100 meter yakni gaya bebas dan gaya ganti.
Perenang-perenang dari China, Korea Selatan, Jepang, dan Kazakstan menjadi pesaing yang diwaspadai peraih lima emas ASEAN Para Games Malaysia 2017 tersebut.
“Saya akan tampil maksimal karena ini momentum yang sangat luar biasa. Juga suatu kebanggaan bisa bertanding di dalam negeri untuk pertama kali. Mudah-mudahan dukungan dari masyarakat Indonesia sendiri bisa memberikan kita semangat untuk bertanding,” ujar Jendi di sela-sela acara di kawasan SCBD Sudirman, Jakarta, Selasa (18/9).
Sejak Januari, Jendi telah bergabung dengan pelatnas APG 2018 di Solo, Jawa Tengah.
Menuju turnamen, Jendi fokus pada latihan sprint dan menjaga kelenturan serta kebugaran.
Dia berlatih dua kali dalam sehari, yakni pukul pukul 05.00 sampai 08.00 pagi dan pukul 16.00-19.00.
(Baca Juga: CEO Komite Paralimpik Asia: Indonesia Sudah Siap Jadi Tuan Rumah Asian Para Games 2018)
Tidak ada kendala berarti yang dirasakan putra kelahiran 10 Juni 1991 itu selama mengikuti pelatnas.
Malah, dia lebih memperhatikan faktor psikis dan mental.
Ia berusaha untuk menghindari terjadinya masalah, baik keluarga atau apa pun.
“Misalnya ada keluhan, bisa disampaikan langsung jangan sampai dipendam sendiri. Kalau saya sendiri pribadi harus tetap dalam kondisi fit sekarang. Alhamdulillah belum ada (kendala),” ujar Jendi.
Jendi juga mengaku sudah mulai puasa bermedia sosial atas inisiatif sendiri dan tidur pada pukul 22.00.
Jika ada waktu senggang, Jendi memilih menikmati pemandangan alam pegunungan.
Biasanya ia memilih pergi ke Tawangmangu, Solo, yang memiliki banyak pepohonan dan kebun teh.
*Tulisan ini dimuat di Tabloid BOLA Edisi No. 2906. Terbit Jumat, 21 September 2018.
Editor | : | Diya Farida Purnawangsuni |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar