Pebulu tangkis tunggal putra Malaysia, Lee Chong Wei, punya peluang tampil pada Olimpiade Tokyo 2020 jika dia dapat pulih sepenuhnya dari kanker hidung stadium awal yang diidapnya saat ini.
Konsultan Onkologi dari Pantai Medical Centre Dr John Low Seng Hooi mengatakan bahwa kanker yang diderita oleh pemain berusia 35 tahun ini dapat diobati dan ada kemungkinan untuk pulih total.
"Saya tidak memiliki rincian lengkap tentang kanker hidung yang diderita oleh Chong Wei. Saya hanya tahu tentang penyakit yang dia alami dari laporan media. Biasanya ini adalah kasus Nasophrayngeal Cancer (NPC)," kata Low seperti dilansir BolaSport.com dari NST.
"Kabar baiknya adalah, NPC dapat diobati dan merupakan salah satu dari kanker yang dapat disembuhkan sepenuhnya. Perawatannya tidak memerlukan operasi apa pun. Kemoterapi dan Radioterapi adalah proses pemulihan yang diperlukan," ujar Low.
Menurut Low, jika kasus kanker hidung yang dialami Lee sesuai dengan prediksinya, peraih tiga medali perak Olimpiade ini bisa kembali berkompetisi setelah proses perawatannya selesai.
"Namun, ia harus beristirahat setidaknya selama tiga hingga enam bulan. Semakin lama semakin baik," ujar Low.
Lee saat ini sedang menjalani perawatan di Taiwan sejak Juli lalu dan diperkirakan kembali ke Kuala Lumpur, Malaysia pada akhir September.
(Baca juga: Jepang Pimpin Klasemen Sementara Perolehan Gelar Turnamen Bulu Tangkis BWF World Tour 2018)
Jika semua proses pemulihan berjalan dengan baik, Lee diharapkan comeback tepat pada waktunya untuk mengikuti kualifikasi Olimpiade yang dimulai pada Mei 2019.
"Berdasarkan statistik, kanker hidung biasanya berefek kepada orang China. Saya kira demikian karena kami mencintai ikan asin dan produk makanan lainnya yang mengandung banyak pengawet," tutur Low.
"Faktor-faktor lain yang memengaruhi kanker ini, termasuk infeksi bakteri sehingga tidak ada hubungannya dengan Chong Wei sebagai seorang atlet. Ia juga tidak memiliki kaitan dengan perokok atau konsumsi alkohol," kata Low.
Menurut Low, penyakit kanker hidung biasanya menyerang usia 30- 40 tahun.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | NST |
Komentar