Sloane Stephens tampil apik dalam pertandingan pertama yang dia lakoni di WTA Finals 2018 yang digelar di Singapura, Senin (22/10/2018).
Penulis: Melvina Tionardus
Bermain selama dua jam 25 menit di Singapore Sports Hub, Sloane Stephens sukses membendung petenis pendatang baru lainnya yang tengah bersinar, Naomi Osaka.
Pertandingan dimenangkan oleh Sloane Stephens dengan angka 7-5, 4-6, 6-1.
Lahir dari keluarga yang punya latar belakang olahraga pada 20 Maret 1993, Stephens mulai bermain tenis sedari usia sembilan tahun. Sang ibu, Syvil Smith, yang memperkenalkan olahraga tersebut kepadanya.
Pada 2007, Stephens memulai kariernya dengan mengikuti ITF Circuit di Brasil dan pada 2008 ia pertama kali lolos kualifikasi turnamen WTA di Miami dan Amerika Serikat Terbuka.
Stephens juga memiliki catatan manis di awal kariernya. Ia berhasil mengalahkan Serena Williams dalam kualifikasi di Australia Terbuka tahun 2013.
Setelah Olimpiade Rio 2016, Stephens sempat mengalami cedera di kaki kirinya dan harus dioperasi pada Januari 2017.
(Baca juga: WTA Finals 2018 - Menilik Kekuatan pada Hari Kedua di Singapura)
Sejauh ini Stephens baru memboyong satu gelar grand slam, yakni dari ajang AS Terbuka pada Agustus 2017 setelah menundukkan kompatriotnya, Madison Keys, dua set langsung.
Sukses di lapangan, tak membuat Stephens lupa untuk menyelesaikan pendidikan formalnya. Petenis dengan 170 cm ini telah lulus sebagai sarjana komunikasi dari Indiana University East pada Desember 2017.
Selain aktif berkarier sebagai petenis profesional, Stephens juga memiliki jiwa sosial yang bisa dicontoh.
Ia memiliki yayasan sosial bernama Sloane Stephens Foundation yang bergerak di bidang edukasi, tenis, dan komunitas pada anak.
Yayasan yang didirikan pada 2013 ini memiliki visi untuk generasi muda dengan menyediakan kesempatan untuk bersekolah sambil menjalani hidup sehat dan menikmati nutrisi yang cukup.
Kini Stephens berlatih di bawah asuhan pelatih Kamau Murray dan bertengger di peringkat enam dunia.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | wta |
Komentar