Pebulu tangkis tunggal putra China, Shi Yuqi, membagikan kisah seputar masa transisi dari pemain junior ke senior dalam sebuah wawancara dengan Federasi Bulu Tangkis Dunia (Badminton World Federation/BWF).
Dalam wawancara kepada BWF, Shi Yuqi mengungkapkan bahwa pada masa transisi itu dia sering menelan pil pahit di setiap turnamen yang diikuti.
Shi sering terjegal pada babak awal sehingga tak pernah sekalipun merasakan atmosfer laga perempat final, semifinal, apalagi final dan meraih gelar juara.
Namun, berkat dukungan dari orang-orang terdekat dan sang pelatih, Shi mulai mampu mengeluarkan performa terbaiknya.
Dia pun mulai menuai prestasi, termasuk gelar juara All England Open 2018.
"Masa transisi dari junior ke senior termasuk tur International Challenge hingga GP Gold rasanya sangat berat," kata Shi yang dikutip BolaSport.com dari Badminton Unlimited.
Baca Juga:
- Marcus Fernaldi/Kevin Sanjaya Masih Harus Menunggu demi Wujudkan 'Mimpi 1 Juta Dolar'
- Rekap Hasil 7 Wakil Indonesia di Hari Pertama Macau Open 2018 - 3 Tiket Babak Ke-2 dan 1 Tambahan dari Tunggal Putra
- Malaysia Canangkan Program Restrukturasi Olahraga demi Capai Sukses Asian Games hingga Olimpiade
"Saya sangat sering tereliminasi pada babak pertama atau kedua sehingga poin peringkat pun jatuh. Hal tersebut menjadi momen paling berat bagi saya," kata Shi menceritakan masa tersulit dalam awal karier seniornya.
Butuh waktu dua tahun sejak benar-benar lulus dari level junior bagi Shi untuk meraih gelar bergengsi pertama pada level superseries yaitu French Open 2016.
"Setelah beberapa waktu karena peningkatan performa serta hasil undian yang cukup menguntungkan saya mulai bisa mencapai perempat final dan semifinal dan peringkat juga mulai menanjak," kata Shi.
Editor | : | Diya Farida Purnawangsuni |
Sumber | : | badmintonworld.tv |
Komentar