Bohemian Rhapsody, film biopik yang menceritakan perjalanan karier Freddie Mercury dan band rock legendaris Queen, menjadi primadona Box Office bulan ini.
Bohemian Rhapsody menceritakan perjalanan Queen dari awal terbentuk hingga ke penampilan legendaris mereka di konser Live Aid 1985 di Stadion Wembley.
Sejauh ini, film yang diperankan Rami Malek sebagai Freddie Mercury, Gwilym Lee sebagai Brian May, Ben Hardy sebagai Roger Taylor, dan Joseph Mazzello sebagai John Deacon itu mempunyai rating 8,4 di situs IMDB.
Seperti yang ditunjukkan di Bohemian Rhapsody, lagu-lagu Queen ground breaking dan mendefinisikan sebuah era.
Dunia olahraga pun tak lepas dari lagu-lagu grup band asal Inggris tersebut. Beberapa wajib diputar dalam event-event kelas dunia.
Dikutip BolaSport.com dari Billboard.com, lagu "We Will Rock You" (1977), digambarkan sebagai "lagu yang menjadi episentrum diagram olahraga dan musik di kepala Anda" sebagai gambaran betapa besar pengaruh lagu tersebut ke psikis seorang pecinta olahraga.
"Mungkin lagu rock stadion/arena terbaik sepanjang massa. Semua penonton mulai bertepuk tangan dan menghentakkan kaki mengikuti beat ketika lagu ini dimainkan," ujar Laura Johnson, Manajer Game Presentation and Live Events klub NFL, San Fransisco 49ers.
Baca juga:
- Bukan Cuma Santiago Solari, Ini 5 Pelatih Real Madrid dengan Rekor 4 Kemenangan dari 4 Laga Awal
- Resmi, Santiago Solari Jadi Pelatih Permanen Real Madrid
Ya, Brian May, sang gitaris utama Queen, mengatakan bahwa lagu We Will Rock You dibuat sebagai respon dalam fase khusus karier Queen di mana para penonton menjadi bagian lebih besar dari sebuah konser Queen.
"Mereka menyanyikan semua lagu dan kami membiarkan mereka bernyanyi. Jadi, Freddie dan saya pikir akan menjadi eksperimen menarik untuk menulis lagu dengan partisipasi penonton sebagai aspek utama lagu tersebut," ujar May dalam wawancara dengan Guitar World pada 2002.
Sang gitaris akhirnya menulis We Will Rock You sementara We Are the Champions ditulis oleh Freddie Mercurie.
Alhasil, kedua lagu sering diputar berdampingan di radio-radio Amerika Serikat.
"Setelah kalah dengan sangat meyakinkan, apa yang menambah garam di luka? Mendengarkan lagu Queen paling terkenal," tulis Bleacherreport mengenai lagu We Are the Champions.
"Jalan di lapangan setelah pertandingan melelahkan dan melihat lawan kita bersuka cita dengan confetti di atas kepala mereka hanya menambah duka bagi mereka yang kalah."
Freddie Mercury sendiri mengakui bahwa ia berpikir tentang sepak bola ketika menulis lirik lagu tersebut.
"Saya ingin membuat lagu di mana para fans bisa berpartisipasi dan terikat. Saya memberikan lagu itu sebuah sentuhan teatrikal lebih ketimbang sebuah chant sepak bola," ujarnya dalam sebuah wawancara dengan Circus pada 1978, setahun setelah lagu tersebut diluncurkan.
Menariknya, beberapa personel Queen sempat berpikir bahwa lirik di lagu itu terlalu arogan bahkan untuk band mereka sendiri.
"Kami semua melihat ke Fred dan berkata, 'yang benar saja?'. Namun, ia punya visi jelas. Lagu ini dibuat untuk para fans yang ingin merasakan kebersamaan dan kekuatan optimisme. Ia tahu para pemain akan bernyanyi bersama," tutur Brian May di wawancara dengan Rolling Stones.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | bleacherreport.com, billboard.com |
Komentar