BOLASPORT.COM - Kejanggalan soal mundurnya Edy Rahmayadi dari kursi Ketua Umum PSSI mulai terendus.
Dalam acara Mata Najwa dengan tajuk "Revolusi PSSI", Rabu (23/1/2019), dibongkar intrik di balik keputusan Edy Rahmayadi.
Edy Rahmayadi memutuskan mundur bertepatan saat acara KLB PSSI di Sofitel Bali Nusa Dua Beach Resort, Minggu (20/1/2019).
Sebelumnya tak muncul indikasi akan adanya keputusan dari Edy Rahmayadi tersebut.
Namun dalam Mata Najwa dibongkar adanya upaya kudeta dari pihak-pihak tertentu.
Baca Juga : Edy Rahmayadi Mundur, Fadli Zon: Sepak Bola Tak Bisa Diurus Part Time
Hanya tak disebut pihak mana saja yang berupaya melengserkan Edy dari kursi PSSI.
Namun yang pasti beberapa pemilik hak suara (voters) Kongres Luar Biasa PSSI ikut terlibat.
Diketahui, voters diisi oleh petinggi-petinggi klub profesional dari liga tertinggi hingga terendah di bawah naungan PSSI.
Surat yang berisikan mosi tidak percaya dari delegasi dan pemilik hak suara (voters) Kongres PSSI diduga menjadi salah satu faktor lengsernya Edy Rahmayadi.
Semula surat itu beredar di jagat Twitter tepat setelah adanya keputusan pria 57 tahun itu.
Surat tersebut berisikan mengenai usaha pemberhentian Edy Rahmayadi dari jabatan tertinggi federasi.
Dalam tampilannya, surat itu dibuat oleh delegasi dan pemilik hak suara (voters) Kongres PSSI yang ditujukan untuk Komite Eksekutif PSSI.
Diketahui kini PSSI tengah melangsungkan Kongres di Bali, tepatnya di Sofitel Bali Nusa Dua Beach Resort, Bali.
Surat tersebut merupakan mosi tidak percaya terhadap Edy Rahmayadi sebagai orang tertinggi dalam federasi.
Pembuat surat berharap kepada Komite Eksekutif PSSI untuk memberhentikan Edy Rahmayadi.
Beredarnya surat itu cukup janggal. Sebab dalam pernyataan Edy Rahmayadi, ia mengatakan mundur dari jabatan.
Baca Juga : Presiden Borneo FC Tak Menyangka Edy Rahmayadi Mundur dari Ketua Umum PSSI
"Edy Rahmayadi menyampaikan pengunduran diri sebagai Ketua Umum PSSI pada Kongres PSSI 2019 di Bali."
"Terima kasih atas segala dedikasinya untuk sepak bola Indonesia, Pak Edy," tulis akun resmi PSSI.
Sementara hal janggal lain yakni soal adanya imbauan untuk para voters menandatangani surat pemberhentian Edy Rahmayadi.
Manajer Persijap Jepara, Esti Puji Lestari mengungkap hal itu lantaran dirinya sempat dimintai hal serupa.
Esti diminta oleh pihak yang tak disebutkannya untuk menandatangani surat yang berisikan desakan Edy Rahmayadi agar mundur.
"Ya, saya lihat surat itu dari rekan saya. Saya diminta tanda tangan tapi saya tidak tanda tangan disitu," ungkap Est dalam pengakuannya di Mata Najwa.
Sementara satu hal lain yakni adanya intrik dan indikasi suap. Voters akan mendapat imbalan uang 100 Dolar Singapura untuk menggadaikan hak suara.
Dalam rekaman suara yang diputar di Mata Najwa, salah satu voter mengaku adanya uang yang dibagikan dalam pertemuan sebelum kongres, yakni di Hotel Kuningan, Jakarta.
Pertemuan itu membahas soal penandatanganan surat mosi tidak percaya untuk Edy Rahmayadi.
Dua hal yang dibongkar voter tersebut, pertama soal tiga opsi skenario penggulingan Edy Rahmayadi.
Selanjutnya muncul nama Manajer Madura United, Haruna Soemitro yang disebut sebagai salah satu sosok yang hadirdalam pertemuan itu.
Namun pada pernyataan resminya, Edy Rahmayadi undur diri karena gagal mengawal PSSI setelah banyak insiden-insiden kelam.
Mantan Pangkostrad itu menyinggung soal kasus banyaknya suporter tewas hingga skandal match fixing di bawah kepemimpinannya.
Kini Wakil Ketua Umum PSSI, Joko Driyono dipilih untuk menggantikan posisi yang ditinggalkan Edy.
Edy meninggalkan jabatan Ketua Umum PSSI setelah tiga tahun memimpin.
Pria asal Sabang itu terpilih untuk periode 2016-2020 dalam Kongres PSSI di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara, Kamis (10/11/2016).
Saat itu, Edy mengalahkan kandidat lainnya, yakni Bernhard Limbong, Kurniawan Dwi Yulianto, Eddy Rumpoko, Moeldoko, dan Sarman.
Editor | : | Ramaditya Domas Hariputro |
Komentar