”Dari liga ini, saya bisa merintis karier menjadi pesepak bola profesional. Banyak jebolan Liga Kompas yang direkrut klub profesional dan tim nasional Indonesia,” ujar Tabe.
Menumpang Mobil Travel
Untuk menggapai mimpinya, Tabe setiap akhir pekan ke Jakarta. Bila JFA mengadakan latihan Sabtu sore, ia menumpang mobil travel dari Bandung pada Sabtu pagi.
Seusai mengikuti latihan Sabtu sore, Tabe menumpang tidur di rumah Pelatih JFA Winaryo.
Bila tak mengikuti latihan Sabtu sore, Tabe akan berangkat dari Bandung pada Minggu pukul 04.00 agar bisa tiba tepat waktu di GOR Ciracas.
Sore hari setelah bertanding, Tabe kembali ke Bandung karena harus bersekolah pada Senin pagi.
Menjalani rutinitas seperti itu membuat Tabe kelelahan. Terkadang ia jatuh sakit setelah tiba di Bandung. Saat ujian tengah semester, Tabe harus belajar di mobil travel.
”Tapi tidak apa-apa. Saya nikmati saja demi cita-cita,” ucap Tabe yang menjadi salah satu tumpuan di lini tengah.
Perjuangan serupa untuk mencecap liga usia dini juga dijalani ujung tombak SSB Matador Mekarsari, Topan Abdillah. Pelajar kelas IX SMPN 1 Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, itu, menempuh jarak 33 kilometer menuju lokasi latihan SSB Matador Mekarsari di Cileungsi, Bogor.
Topan selalu diantar ibunya menggunakan sepeda motor ke tempat latihan.
Lokasi latihan yang relatif jauh cukup membuat Topan lelah. Sepulang sekolah, ia langsung berganti pakaian dan berangkat latihan. Rutinitas itu ia jalani karena di Cikarang Pusat belum ada liga sepak bola usia muda.
”Karena itu, saya bergabung di Matador Mekarsari supaya bisa ikut Liga Kompas juga,” ujar Topan yang bermain sebagai penyerang tengah. (IGA)
Tulisan ini telah terbit di Harian Kompas pada 3 Februari 2019 (Kompas/IGA). Liga Kompas Kacang Garuda disponsori oleh Kacang Garuda.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Kompas |
Komentar