BOLASPORT.COM - Inter Milan boleh jadi gigit jari melihat penampilan menawan Nicolo Zaniolo (19) bersama AS Roma dalam dua bulan terakhir.
Terkini, Nicolo Zaniolo mencetak dua gol saat AS Roma mengalahkan Porto 2-1 di laga leg pertama babak 16 besar Liga Champions medio pekan ini.
Ia menjadi pemain Italia termuda yang mencetak dua gol pada satu laga Liga Champions.
Sebelumnya, Zaniolo menjadi pemain Roma termuda sejak Francesco Totti yang mencetak 3 gol di Serie A.
Nicola Zaniolo juga sudah dipanggil timnas Italia senior di bawah pelatih Roberto Mancini.
???? Remember the name!
???????? Nicolò Zaniolo = youngest Italian player to score 2 goals in a #UCL match ⚽️⚽️ pic.twitter.com/VUyYpQ1Xop
— UEFA Champions League (@ChampionsLeague) February 12, 2019
"Ia punya kualitas yang tak dimiliki pemain-pemain Italia lain dalam berbapa tahun terakhir," puji Roberto Mancini beberapa bulan lalu.
Nah, perkembangan pesat sang pemain tentu terasa pahit di mulut para petinggi Inter Milan yang mengizinkannya pergi sebagai bagian transfer Radja Nainggolan ke Giuseppe Meazza dengan banderol hanya 4,5 juta euro.
Namun, Inter Milan punya sejarah melakukan blunder transfer seperti ini. Berikut adalah lima kesalahan Inter Milan di bursa perpindahan pemain:
Matthias Sammer (ke Borussia Dortmund, 1992)
Matthias Sammer datang ke Inter Milan pada awal musim 1992-1993 setelah transfernya dipastikan pada 1991.
Namun, Inter dikatakan terkejut karena sang pemain tidak mempelajari bahasa Italia sama sekali dalam waktu setahun tersebut.
Sammer diplot sebagai gelandang serang oleh pelatih Osvaldo Bagnoli dan dapat mencetak 4 gol dari 11 laga Liga Italia. Namun, sang pemain tak kunjung kerasan di Negeri Pizza.
Bahkan, para kompatriot Sammer di Inter, Lothar Matthaeus, Andreas Brehme, dan Juergen Klinsmann jengah dengan sang pemain yang terus-terusan enggan belajar bahasa dan merangkul kultur setempat.
Baca Juga : Inter Milan Minta Mauro Icardi Tetap Bertahan Usai Dicopot Jadi Kapten
Alhasil, Sammer dikembalikan ke Jerman hanya 5 bulan setelah datang dengan banderol 5,5 juta pounds.
Di Dortmund, ia menggelora sebagai seorang sweeper dan menggondol dua gelar Bundesliga serta titel Liga Champions 1997.
Ia juga menjadi andalan di lini belakang saat Jerman menjuarai Euro 1996 dan menjadi hanya bek kedua dalam 40 tahun yang memenangi Ballon d'Or.
Dennis Bergkamp (ke Arsenal, 1995)
Dennis Bergkamp datang ke Inter Milan pada 1993 setelah ia menjadi runner up Ballon d'Or.
Namun, pelatih Osvaldo Bagnali kurang bisa memaksimalkan sang pemain di lini depan dan Inter finish peringkat ke-13 pada musim pertamanya, hanya satu poin dari zona degradasi.
Pada musim kedua, penampilan Bergkamp merosot di bawah manajer anyar Ottavio Bianchi dan relasi buruk antara dia dan pers lokal serta para suporter.
Baca Juga : Kontrak Baru di AS Roma, Gaji Nicolo Zaniolo Dinaikkan 6 Kali Lipat
Ia pun sontak menyalahkan klub karena performa buruknya. "Mereka janji akan bermain lebih menyerang. Betul saja, tetapi hanya untuk sebulan pertama!" ujar Bergkamp seperti dikutip Goal.
Alhasil, Dennis Bergkamp tak ragu pindah saat Arsenal memanggil pada 1995 dengan banderol 7,5 juta pounds. Di London Utara, Bergkamp menjelma jadi seorang legenda dan memukau Inggris dengan teknik, visi, dan finishing-nya.
Roberto Carlos (ke Real Madrid, 1996)
Satu lagi pemain yang dilepas Inter Milan dan menjadi ikon sepak bola pada pergantian milenium adalah Roberto Carlos dengan harga hanya 5 juta pounds ke Real Madrid.
Kegagalan Carlos beradaptasi dengan Inter Milan (menurut sang pemain) berada di pundak pelatih Roy Hodgson yang memaksanya turun sebagai pemain sayap ketimbang bek di mana ia lebih nyaman.
"Saya bukannya punya hubungan buruk dengan Hodgson tetapi ia tak tahu banyak tentang sepak bola," ujarnya kepada Sky Sports beberapa waktu silam.
Baca Juga : PROFIL: Nicolo Zaniolo, Bocah Ajaib AS Roma yang Lepas dari Tangan Inter Milan
Roberto Carlos beranggapan bahwa keputusan Hodgson itu bisa melukai kansnya di timnas Brasil, di mana ia menjadi langganan di sektor bek kiri.
"Kekalahan kami di final Piala UEFA 1996 kontra Schalke murni karena Hodgson. Beda dengan Fabio Capello yang membeli saya di Real Madrid. Saya pindah murni karena dia, ia adalah pelatih terpenting dalam hidup saya," ujarnya.
Leonardo Bonucci (ke Treviso, 2007)
Leonardo Bonucci bagai anak tak diinginkan di Inter. Pada 2008-2009, ia dipinjamkan ke Treviso dan Pisa sebelum dilepas ke Genoa sebagai bagian transfer Diego Milito-Thiago Motta.
Pelatih Jose Mourinho ketika itu tak melihat sesuatu yang spesial dari Bonucci, ia lebih melirik kebangkitan Mario Balotelli di lini depan.
Di barisan belakang, sinar Marco Andreolli lebih berpijar ketimbang Bonucci.
Baca Juga : AS Roma Vs Porto, Pemain Bergaji Terendah I Lupi Bikin Rekor di Liga Champions
Namun, karier Bonucci meroket setelah diambil Juventus pada 2010. Ia memenangi 6 gelar Serie A dan menjadi runners up Euro 2012 bersama timnas Italia.
Bonucci masuk ke dalam tiga tim terbaik Serie A dan menjadi pemain terbaik Litalia apda 2015-2016.
Philippe Coutinho (ke Liverpool, 2013)
Petinggi Inter Milan, Piero Ausilio, mengatakan bahwa keputusan melepas Philippe Coutinho "adalah penyesalan terbsar saya dalam lebih dari 20 tahun di Inter".
Bagaimana tidak, Coutinho menjelma dari seorang pemain muda yang inkonsisten di Inter Milan menjadi pemain kelas dunia bersama Liverpool.
Saking parahnya kondisi Coutinho di Inter Milan, ia sampai dipinjamkan ke Espanyol pada 2011-2012.
Coutinho dijual dengan banderol hanya 8 juta pounds ke Liverpool tetapi The Reds berhasil membujuk Barcelona untuk mengeruk 142 juta pounds demi sang pemain pada Januari 2018.
Masih ada yang lain...
Tak hanya lima pemain di atas, Inter Milan masih ada sederetan nama lain yang mereka lepas dan sukses di klub berbeda.
Antara lain, mereka adalah Lotthar Matthaeus, Andrea Pirlo, Clarence Seedorf, dan Diego Simeone.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | berbagai sumber |
Komentar