BOLASPORT.com - Pengarang buku terkemuka asal Inggris, Simon Kuper, berbicara mengenai kebangkitan timnas Belanda plus rivalitas Der Oranje dan Jerman, lawan mereka di ajang Kualifikasi Piala Eropa 2020 pada Minggu (24/3/2019).
Timnas Belanda tampil trengginas dalam setahun terakhir. Mereka berhasil mengalahkan Jerman 3-0 dan juara dunia Prancis 2-0 di UEFA Nations League pada medio Oktober-November 2018.
Memphis Depay cs lalu menorehkan kemenangan 4-0 kontra Belarus pada Kamis (21/3/2019) untuk memulai awal tahun 2019 seperti bagaimana mereka bermain pada 2018.
Penulis beberapa buku sepak bola terkemuka seperti Soccernomics (2009), Football Against the Enemy (1994), dan Ajax, the Dutch, the War: Football in Europe during the Second World War (2003) ini mengatakan bahwa melejitnya performa para pemain muda Belanda datang sebagai kejutan.
Baca Juga : Wejangan Ronald Koeman Tuntun Langkah Frenkie de Jong ke Barcelona
"Ini generasi yang bangkit secara tak terduga. Bahkan, pelatih Ronald Koeman pun mengutarakan bahwa ia terkejut dengan pesatnya perkembangan beberapa pemain seperti Matthijs De Ligt, Virgil van Dijk, dan Frenkie De Jong," ujar Kuper.
Van Dijk masuk ke nama pemain yang menurutnya mengejutkan karena bek Liverpool tersebut tampil sangat melejit sejak pindah ke Inggris.
Ia mengutarakan bagaimana timnas Belanda bahkan tak melirik Van Dijk sama sekali lima tahun lalu untuk ke Piala Dunia 2014.
Kualitas para pemain tadi disokong oleh sistem permainan yang mengeksploitasi kekuatan-kekuatan individu dan membuat mereka jadi suatu unit yang hebat.
"Belanda bermain sepak bola vertikal lagi, setiap operan mengarah ke depan dan para pemain mengisi ruang," lanjut Kuper.
"Mungkin hal ini terlihat lumarh untuk tim Belanda tetapi mereka bertahun-tahun terakhir bermain sepak bola horizontal, operan-operan ke samping dan kurang penetrasi."
Baca Juga : Memphis Depay Tak Simpan Dendam pada Pelatih Man United Jose Mourinho
Faktor lain yang menyebabkan perubahan perutungan sepak bola Belanda adalah lewat para pelatih mereka, terutama bos Ajax Amsterdam kini, Erik Ten Hag, dan pendahulunya, Peter Bosz, serta Ronald Koeman sendiri.
Ia mengatakan bahwa pelatih-pelatih tersebut belajar dan dipengaruhi oleh sepak bola Jerman: Pergerakan bola cepat, mobilitas lugas, dan gegenpressing segera setelah kehilangan bola.
"Ini adalah ciri khas sepak bola Belanda. Pelatih seperti Koeman, dia memerhatikan perkembangan taktik sepak bola Inggris dan Spanyol," ujarnya.
Kegagalan di Euro 2016 dan Piala Dunia 2018 membuat timnas Belanda mulai belajar dari sekeliling mereka.
"Belanda beruntung bahwa tetangga dekat mereka, Jerman, Prancis, dan Belgia perkembangan sepak bolanya solid dan timnas mereka bisa menjadi contoh," ucapnya melanjutkan.
Ia lalu melanjutkan soal rivalitas Belanda dan Jerman yang kerap panas.
Para pencinta sepak bola tentu masih ingat bagaimana gelandang Belanda, Frank Rijkaard, meludahi penyerang Jerman Barat, Rudi Voeller, dua kali saat kedua negara bertemu di Piala Dunia 1990.
Namun, ia mengatakan bahwa kondisi sekarang sudah berbeda.
"Sesungguhnya, orang Belanda sekarang menyukai Jerman. Bukan hanya di sepak bola tetapi juga di politik dan berbagai bidang lain. Padahal, 25 tahun lalu ada obsesi dari orang Belanda terhadap Jerman, ketidak sukaan secara umum yang berkaitan dengan Perang Dunia Kedua," tutur Simon Kuper.
Baca Juga : Duo Liverpool Gemilang, Belanda Pesta Gol ke Gawang Belarus
"Akan tetapi, sentimen ini sudah tidak ada lagi. Di sepak bola, banyak orang Belanda mendukung Jerman. Belanda menyadari bahwa mereka sangat mirip dengan orang Jerman."
Ia lalu mengungkapkan bagaimana gaya sepak bola Jerman juga membuat mereka menjadi tim atraktif, terutama saat menjadi juara dunia pada 2014.
"Jerman belajar dari Belanda beberapa tahun lalu dan kini gantian Belanda yang belajar dari Jerman," tuturnya.
"Ini adalah cara untuk sampai ke puncak, belajar dari yang terbaik dan mengikuti hal-hal positif yang mereka lakukan."
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Kompas.com |
Komentar