BOLASPORT.COM - Museum Bayern Muenchen menjadi etalase kejayaan klub asal Bavaria itu.
DiMuseum Bayern atau Bayern Erlebniswelt. , kita akan bisa melihat sejarah klub berjulukan Die Roten itu dari awal berdiri hingga menjadi yang tersukses di Jerman.
Namun, siapa sangka, untuk mencapai level seperti saat ini, Bayern Muenchen harus melalui era kelam terlebih dahulu.
Saking kelamnya, trofi juara pertama mereka harus diselamatkan dengan menggunakan keranjang sembako.
Baca Juga : 5 Fakta Unik Kemenangan Bayern Muenchen atas Borussia Dortmund
Untuk meraih titel pertama dan kedua sebagai juara liga, tim pengoleksi 28 gelar Liga Domestik itu butuh tiga dekade penantian.
Berdiri pada 1900, Bayern Muenchen kali pertama menjadi yang terbaik di Jerman pada musim 1931-1932.
Ketika itu, sistem kompetisi masih menggunakan format liga regional lalu diadu dengan sistem gugur di tingkat nasional untuk memperebutkan Trofi Viktoria.
Salah satu yang berjasa bagi Bayern pada saat itu adalah sang kapten, Konrad Heidkamp.
Defender tangguh dengan panggilan akrab Conny itu menjadi kisah heroik yang dikenang sepanjang masa oleh pencinta Bayern.
Lahir pada 27 September 1905, Conny Heidkamp membela Bayern hingga usia 40 tahun.
Baca Juga : Hasil Liga Jerman - Tenggelamkan Dortmund, Bayern Muenchen ke Puncak
Dia masih bermain pada saat era kegelapan atau Perang Dunia II ketika Jerman dikuasai oleh Nazi, organisasi yang dipimpin oleh Adolf Hitler.
Pada 1942, pemimpin militer Nazi, Herman Goering, meminta bantuan rakyat untuk menyerahkan segala hal yang dibuat dari logam untuk negara.
Heidkamp tak rela trofi juara Bayern diserahkan.
Dengan mempertaruhkan nyawa, Heidkamp lantas memasukkan trofi juara itu ke keranjang sepeda.
Dia lalu menutupnya dengan bahan makanan pokok seperti sayur dan telur (sembako) untuk menyamarkan.
Heidkamp membawa trofi tersebut ke sebuah tempat pertandian di Ascholding, dekat Wolfratshausen.
Tempat itu dipilih atas saran Magdalena, istri Heidkamp, yang selalu menghabiskan liburan masa kecil di sana.
Baca Juga : Drama 9 Gol, Robert Lewandowski Bawa Bayern Muenchen ke Semifinal
Conny Heidkamp tak hanya sekali menyelamatkan trofi juara tersebut.
Ketika Nazi takluk dan Jerman jatuh ke tangan Amerika Serikat, Trofi Viktoria itu juga terancam harus diserahkan ke penguasa sebagai barang rampasan perang.
Lagi-lagi, Heidkamp mempunyai ide brilian.
Dia mengubur keranjang berisi trofi tersebut dan aman hingga diserahkan kembali ke pihak klub, 2,5 dekade berselang.
Jiwa Bayern Muenchen
Trofi Viktoria itu pun saat ini tersimpan di Museum Bayern yang berada di Allianz Arena.
Patung perempuan bersayap itu menjadi penanda awal pengunjung masuk ke museum.
Tak jauh dari situ, ada replika sepeda dan keranjang dengan bahan makanan pokok yang digunakan Conny Heidkamp ketika mengamankan trofi pertama Bayern.
Trofi Viktoria dan Heidkamp seolah menjadi jiwa dari kejayaan Bayern setelahnya.
"Selamat datang di Museum Bayern. Inilah jiwa dari FC Bayern," kata Andrea Hein, pemandu tur museum yang menemani sejumlah wartawan Asia termasuk Kompas.com dalam rangka Bundesliga Media Visit di Allianz Arena, Sabtu (23/2/2019).
Heidkamp merupakan satu dari 16 pemain yang masuk hall of fame sejarah Bayern Muenchen.
Apresiasi atas jasa sejumlah pemain itu pun terlihat di museum tersebut.
Baca Juga : Hijrah ke Bayern Muenchen adalah Keputusan Tersulit Lucas Hernandez
Bayern memajang seluruh trofi yang pernah diraih sepanjang 109 tahun klub berdiri.
Trofi tersebut diurutkan berdasarkan tahun diraih dan berjejer sesuai urutan.
Pengecualian untuk trofi musim 2012-2013.
Ketika itu, pasukan Jupp Heynckes meraih treble winners sehingga trofi Liga Champions, DFB Pokal, dan Liga Jerman dibuat menjauh dari "saudara-saudaranya" karena dijadikan satu deretan khusus.
Trofi Liga Champions 2012-2013 itu menjadi panasea bagi kegagalan Bayern pada musim sebelumnya.
Pada pengujung musim 2011-2012, Die Roten kalah adu penalti dari Chelsea pada final di Allianz Arena, Sabtu (19/5/2019).
Baca Juga : Agen Hadir di Allianz Stadium, Joao Felix Dikabarkan Dekat ke Juventus
"Ironisnya, dua hari setelah final tersebut, adalah jadwal Museum Bayern di Allianz Arena diresmikan. Jadilah pembukaan itu penuh dengan isak tangis kegagalan," kata Andrea.
Namun, kegagalan seperti itulah yang membuat Bayern tumbuh dan menjadi klub besar.
Seperti halnya kegagalan di final Liga Champions 1998-1999 saat kalah dramatis dari Manchester United, Die Roten bangkit dan bisa memenanginya kembali.
"Itulah prinsip Mia San Mia, kita adalah kita. Tim ini dibangun atas azas kekeluargaan, tanggung jawab, dan saling tolong menolong," kata legenda Bayern, Lothar Matthaeus, di Saebenner Strasse, markas latihan klub, Jumat (22/2/2019).
Semangat itu jualah yang membuat Bayern lantas menjadi klub tersukses di Liga Jerman.
Bangunan museum di Allianz Arena merefleksikan betapa besarnya Die Roten.
Baca Juga : Setelah Prancis, Jose Mourinho Kini Ikut Tertarik Jajal Liga Jerman
"Saya pernah ke museum milik Schalke 04. Bahkan, luas museum mereka itu tak sampai setengah dari Bayern," kata Loredana Heggen, staf internasional Bundesliga yang menemani para wartawan dari Asia.
Selain memperlihatkan kejayaan Bayern pada era sebelum-sebelumnya, Museum Bayern di bagian paling belakang juga memperlihatkan tim yang bermain saat ini.
Ada sejumlah replika patung dua dimensi dari pemain hingga staf pelatih yang mempunyai ukuran sesuai aslinya.
Selain itu, ada pula secuil sektor yang berisi tentang tim basket Bayern Muenchen.
Berbeda dengan tim sepak bolanya, mereka baru empat kali menjadi juara nasional, jauh tertinggal dari Bayer Leverkusen (14 kali).
Museum Bayern buka dari Senin sampai Minggu antara pukul 10.00 dan 18.00.
Pembelian tiket masuk terakhir pada pukul 17.15.
Khusus pada saat pertandingan, yang bisa masuk museum adalah pemegang tiket masuk.
Seperti halnya para wartawan Asia saat melakukan Bundesliga Media Visit jelang laga Bayern Muenchen vs Hertha Berlin.
Harga tiket Museum Bayern untuk dewasa adalah 12 euro (sekitar Rp 192.000).
Anak-anak usia 6 hingga 13 tahun mendapatkan diskon 50 persen, sedangkan 0-5 tahun gratis.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Kompas.com |
Komentar